Hampa- Puisi Karya Chairil Anwar By ayahmeiji_bbu78x95 Posted on 13 February 2019 24 February 2017 — Tim indoSastra Pencari Karya Sastra Lama. Sastra Angkatan 45, bentuk: Puisi. Karya: Chairil Anwar. Ini adalah salah satu puisi dari seorang maestro yaitu Chairil Anwar, dengan kata yang lugas, kaya makna, dan indah untuk difahami

Puisi Hampa Karya Chairil Anwar Apakah kamu sedang mencari puisi Chairil Anwar yang berjudul Hampa? Tepat sekali karena kali ini kami akan menyajikannya bagi kamu yang sedang mencarinya. Tapi, sebelumnya alangkah baiknya jika kita sedikit mengulas dulu siapa sih Chairil Anwar tersebut? Chairil Anwar merupakan seorang penyair yang terkemuka di Indonesia. Beliau adalah penyair yang lahir di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 26 Juli 1922 dan meninggal di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949. Chairil Anwar diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Dimana, salah satu puisinya adalah “Hampa” yang akan kami sajikan pada kesempatan sekarang. Adapun puisi Chairil Anwar yang berjudul Hampa adalah berikut ini. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - HAMPA Karya Chairil Anwar Kepada Sri Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai di puncak. Sepi memagut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti Sepi Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencengkung punda Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Demikian yang bisa kami sajikan berkaitan dengan Puisi Karya Chairil Anwar - Hampa. Semoga bermanfaat!!! Salam,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Satu ciri khas puisi Chairil Anwar adalah kekuatan yang ada pada pilihan kata-katanya. karya puisi-puisi Chairil Anwar 14) Hampa, 15) Orang Berdua, 16
HAMPA Puisi karya Chairil Anwar kepada Sri yang selalu sangsi Sepi di luar, sepi menekan-mendesak Lurus kaku pohonan. Tidak bergerak Sampai ke puncak Sepi memagut Tak suatu kuasa-berani melepas diri Segala menanti. Menanti-menanti. Sepi. Dan ini menanti penghabisan mencekik Memberat-mencengkung punda Udara bertuba Rontok-gugur segala. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Menanti. Menanti Maret 1943
Beranda » Karya Sastra » Puisi » PRAJURIT JAGA MALAM. PRAJURIT JAGA MALAM. Selasa, 29/06/2010 - 04:38 — abimanyu. Puisi Chairil Anwar PRAJURIT JAGA MALAM

Dalam dunia sastra, tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan kritik sastra. Tapi sebelum itu, tahukah kamu apa itu kritik sastra? Suratno dkk 2010 15 mengatakan bahwa kritik sastra adalah studi tentang keilmuan yang berupaya menentukan nilai hakiki suatu karya sastra dalam bentuk memberi pujian, menyatakan kesalahan, memberikan pertimbangan pemahaman deskriftif, pendefinisian, penggolongan, penguaraian atau analisis penafsiaran, dan penilain sastra secara sistematis dan terpola dengan metode tertentu. Pradopo 1994 juga mengatakan bahwa kritik sastra adalah ilmu sastra untuk “menghakimi” karya sastra, untuk memberikan penilaian, dan memberikan keputusan bermutu atau tidak suatu karya sastra yang sedang dihadapi kritikus. Selain itu, Pradotokusumo 2005 menjelaskan bahwa kritik sastra dapat didefinisikan sebagai salah satu objek studi sastra cabang sastra yang menganalisis, menafsirkan, dan mengevaluasi teks isi sastra sebagai karya seni. Berdasarkan penjelasan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kritik sastra adalah studi tentang keilmuan yang berupaya menentukan nilai hakiki suatu karya sastra dalam bentuk evaluasi seperti memberi pujian dan menyatakan kesalahan. KEMBALI KE ARTIKEL

Ini adalah salah satu puisi perjuangan karya Chairil Anwar, demi kemerdekaan dan mempertahankan keagungan bangsa Indonesia. Dari buku: Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang Putus. Waktu Penulisan: —. Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi. tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi. Tapi siapakah yang tidak lagi Analisis Puisi Hampa Karya Chairil Anwar HAMPA Chairil Anwar Kepada Sri Sepi di luar. Sepi menekan mendesak. Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai ke puncak. Sepi memangut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti. Sepi. Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencekung pundak Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti. Tema puisi ini yaitu penggambaran rasa kesepian dan penantian Chairil Anwar terhadap wanita yang ia cintai. Puisi ini terdiri dari 12 larik. Kepada Sri Chairil Anwar mengawali puisinya dengan larik Kepada Sri, yang artinya puisi tersebut ia tunjukkan ia berbicara kepada Sri, wanita yang ia cintai. Sepi di luar. Sepi menekan mendesak. Larik tersebut menunjukkan ungkapan rasa sepi Chairil Anwar atas penantiaannya terhadap wanita yang ia cintai , hingga rasa sepi itu sangat menyiksa batinnya. Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Rasa kesepian itu membuat Chairil Anwar bagaikan pohon yang tak bergerak. Hampa, kosong, dan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Sampai ke puncak. Sepi memangut, Larik tersebut menggambarkan kesepian yang dirasakan Chairil Anwar sampai pada puncaknya, tak terbendung, ia tak kuasa menahannya. Tak satu kuasa melepas-renggut Namun kesepian itu tak membuat Chairil Anwar melepaskan cintanya kepada Sri, tak ada satu pun yang mampu merenggut cintanya. Segala menanti. Menanti. Menanti. Pada larik ini, terjadi pengulangan kata menanti. Menanti. Menanti, yang berarti, Chairil Anwar akan terus menanti/menunggu pujaan hatinya itu. Sepi. Chairil Anwar merasa sendiri, sepi tak ada yang menemani. Tambah ini menanti jadi mencekik Penantian cintanya itu justru membuat Chairil Anwar makin merasa tersiksa, batinnya tertekan, dan hatinya begitu sakit. Memberat-mencekung pundak Beban yang Chairil Anwar rasakan akibat penantian itu, sangat berat dirasakannya. Sampai binasa segala. Belum apa-apa Chairil Anwar merasakan hatinya sampai pada rasa sakit dan hancur teramat sangat, namun ia belum juga mendapat jawaban dari penantiannya tersebut. Udara bertuba. Setan bertempik Suasana sekitar yang dirasakan Chairil Anwar begitu penat, ia merasakan hatinya menjerit-jerit, sehingga membuat ia semakin tak kuasa menahan penantiannya itu. Ini sepi terus ada. Dan menanti. Kesepian yang Chairil Anwar rasakan memang terus ada, namun meski begitu, ia akan selalu tetap menanti Sri, pujaan hatinya. Diksi atau pemilihan kata yang digunakan Chairil Anwar dalam mengungkapkan perasaannya pada puisi di atas, menggunakan kata-kata yang bersifat konotatif, seperti pada larik Lurus kaku pohonan. Tak bergerak, Memberat-mencekung pundak, dan Udara bertuba. Setan bertempik. Sehingga pembaca harus memaknai lebih lanjut apa maksud dari puisi tersebut. Keseluruhan puisi, didominasi oleh kata sepi, terbukti pada larik Sepi di luar. Sepi menekan mendesak, yang berarti Chairil Anwar tertekan karena kesepian yang dirasakannya. Imaji dalam puisi ini, Chairil Anwar menggambarkan atau melukiskan perasaan kesepiannya yang ditimbulkan dalam bentuk imaji perasaan, terbukti pada larik Ini sepi terus ada. Dan menanti, yang berarti meski merasa sepi, namun ia akan terus menanti. Nada dalam puisi ini menunjukkan kesedihan disertai rasa kesal karena kesepian Chairil Anwar terhadap penantiannya, terbukti pada larik-larik Sepi di luar. Sepi menekan mendesak. Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai ke puncak. Sepi memangut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti. Majas atau gaya bahasa yang digunakan yaitu Paralelisme Segala menanti. Menanti. Menanti, Sepi di luar. Sepi menekan mendesak, Ini sepi terus ada. Dan menanti. Pengulangan kata sepi dan menanti, memberi penegasan bahwa Chairil Anwar sangat kesepian, namun meski sepi, ia akan terus menanti pujaan hatinya. Personifikasi Lurus kaku pohonan. Tak bergerak. Kata pohonan disini seakan-akan makhluk hidup yang memiliki rasa kaku. Hiperbola Udara bertuba. Setan bertempik. Menggunakan kata setan, yang terkesan berlebihan. Rima atau persamaan bunyi pada konsonan “K” dan “T” Sepi di luar. Sepi menekan mendesak. Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai ke puncak. Sepi memangut, Tak satu kuasa melepas-renggut .......... Tambah ini menanti jadi mencekik .......... Udara bertuba. Setan bertempik Amanat yang terkandung dalam puisi ini yaitu, jangan membuat orang lain menanti sesuatu yang tidak pasti, karena hal itu dapat memberikan rasa tidak nyaman. Analisis Puisi: Puisi "Dia dan Aku" karya Sitor Situmorang adalah karya sastra yang menggambarkan tentang percintaan, hasrat, dan keinginan, namun juga mencerminkan ketidakpastian dan permainan rahasia di dalamnya. Mari kita analisis setiap elemen sastra dalam puisi ini: Tema: Puisi ini mengangkat tema tentang percintaan, keinginan HAMPA Sepi di luar. Sepi menekan kaku pohonan. Tak bergerakSampai ke puncak. Sepi memagut,Tak satu kuasa melepas-renggutSegala menanti. Menanti. ini menanti jadi mencekikMemberat-mencekung pundaSampai binasa segala. Belum apa-apaUdara bertuba. Setan bertempikIni sepi terus ada. Dan Chairil Anwar A. Unsur Intrinsik Tema Puisi diatas mengangkat tema yang sudah sangat lazim di masyarakat sehingga kita sebagai pembaca tidak kesulitan dalam mengartikan arti tema tersebut. Karena biasanya bila tema puisi mudah diterima easy accepting dimasyarakat itu akan membawa minat pembaca itu sendiri untuk meneruskan membaca isi puisi tersebut atau tidak. Pemilihan Kata Diksi Pada puisi diatas sang penyair menggunakan bahasa kesehariannya. Sehingga kita mudah mengartikan maksud dari puisi tersebut. Dengan intonasi yang tepat maka kita akan bisa mengerti makna dari isi puisi tersebut. Meskipun pada puisi Chairil Anwar diatas tidak semuanya menggunakan kata yang tepat tepat sesuai KBBI cotontoh pada kata “pohonan” yang harus nya “pepohonan”. Perasaan Di dalam puisi diatas sangat tergambar bahwa penyair merasa kesepian dalam penantian seseorang yang sangat berarti untuknya. Di suasana hati yang sangat merasa kesepian dia hanya bias menanti dan menanti sampai datang nya sang pujaan hati. Nada dan Suasana a NadaDidalam puisi diatas penyair menggunakan nada-nada yang lugas dan tepat dan menggunakan penekanan-penekanan di beberapa kata yang ditunjukkan untuk memperjelas maksud dari puisi SuasanaSuasana yang tergambar dari puisi diatas adalah suasana yang tak menentu gundah gulana menantikan seseorang yang sangat kita nantikan namun tak kunjung memberikan kepastian. Bahasa Figuratif Majas Didalam puisi “ Hampa “ Chairil Anwar menggunakan banyak sekali majas hiperbola berlebih-lebihan . Contoh nya “ ini menanti jadi mencekik. Memberat-mencekung punda,sampai binasa segala” yang artinya dalam kesepian dia menunggu sampai membungkukkan pundaknya sampai tak sanggup lagi menanti. Amanat Amanat dalam puisi ini adalah tentang kesetiaan seseorang yang menunggu orang yang dia sayangi , meskipun lelah dan merasa tak sanggup lagi namun kita harus tetap percaya bahwa semua hal akan indah pada Unsur Ekstrinsik Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Puisi Nilai Kasih sayang kerinduan si penyair akan kehadiran seorang wanita yang di idam-idamkan membuatnya merasakan hampa dalam hidupnya Biografi Penyair Chairil Anwar dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" dari karyanya yang berjudul Aku, adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia sekarang Jakarta dengan ibunya pada tahun 1940, dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang Anwar dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis. Orang tuanya bercerai, dan ayahnya menikah lagi. Ia merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai bupati Inderagiri, Riau. Ia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apa pun; sedikit cerminan dari kepribadian orang Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School HIS, sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO. Saat usianya mencapai 18 tahun, ia tidak lagi bersekolah. Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia telah bertekad menjadi seorang usia 19 tahun, setelah perceraian orang tuanya, Chairil bersama ibunya pindah ke Batavia sekarang Jakarta dimana ia berkenalan dengan dunia sastra; walau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya. Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman. Ia juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti Rainer Maria Rilke, Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, J. Slaurhoff, dan Edgar du Perron. Penulis-penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung terhadap tatanan kesusasteraan kecil di Medan, Chairil Anwar sangat dekat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil Anwar. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedihBukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta pisah. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi lama setelah itu, pukul WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan Chairil memang pendek, 27 tahun. Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik. Makna dari puisi di atas •Bait pertama, larik pertama puisi HAMPA diawali dengan kata sepi’, yang kemudian kata sepi’ini ternyata menjadi kata kunci berikutnya. Pada bait pertama kata sepi’ menguasai isi tubuh puisi. Menggambarkan bagaimana kekosongan perasaan Chairil saat itu, seperti yang sudah jelas terlukis sejak penjudulan puisi, HAMPA. Sepi di luar. Sepi menekan-mendesakLurus kaku pepohonan. Tak bergerakSampai ke puncak . Sepi memagut,Tak satu kuasa melepas-renggut Larik-larik di atas menggambarkan suasana sepi yang teramat sangat. Sepi yang tadinya hanya di luar sampai masuk hingga menekan, mendesak ke dalam, seakan teramat besar dan berat sepi itu. Bahkan sepi yang teramat sangat itu digambarkan Chairil hingga pepohonan saja tidak bergerak sedikit pun, sampai ke puncak pohon. Tidak ada angin semilir yang bisa membuat suara gesekan daun. Keadaan teramat sepi. Hingga sepi itu memagut, seakan menggigit atau memeluk dengan erat dan tak satu pun yang kuasa untuk terhindar dari sepi itu atau bahkan menolong seseorang untuk terhindar dari sepi itu. Segala menanti. Menanti. MenantiSepi. Larik di atas bisa menggambarkan bentuk kekesalan Chairil atas penantian-penantian yang dilakukannya terhadap wanita yang dimaksudnya dalam puisi ini. Dan juga bisa menunjukkan keputus-asaan Chairil dengan perasaannya, yang akhirnya hanya akan berujung pada sepi. Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencengkung pundak Lewat larik di atas, Chairil merasakan sebuah penantian atas wanitanya yang semakin lama semakin membuat perasaannya sulit. Memberatkan pikirannya, menjadi beban bagi dirinya seperti ada beban di pundak yang sangat berat, hingga pundak mencengkung menahan beban itu. Sampai binasa segala. Belum apa-apa Larik di atas seolah mengungkapkan, akibat terlalu sulitnya perasaan yang Chairil rasakan, dan hanya sepi yang menjadi jawaban, maka perasaan itu menjadi binasa, putus asa, kosong, hampa. Belum ada hasil yang ia dapati dari rasanya pada sang wanita, entah itu rasa ingin memiliki, atau sekadar kerinduan, namun kehampaan yang teramat yang ia rasakan, membuat segala harapan seakan binasa. Udara bertuba. Setan bertempikIni sepi terus ada. Dan tiadaUdara bertuba. Setan bertempik Menggambarkan suasana yang sudah sangat tidak nyaman. Udara seakan menjadi penuh racun, sesak, dan setan-setan bersorak riuh, berteriak, membuat suasana semakin kacau. Seakan menjadi gelap. Keadaan hampa yang digambarkan Chairil begitu dalam, sunyi, dan suram. Ini sepi terus ada. Dan tiada – sepi itu tak kunjung hilang, bahkan Chairil berpikir, hidupnya memang terkukung sepi, sepi itu terus ada hingga menjadi kebiasaan, dan seakan tiada sepi. Karena memang sepi sudah menjadi bagian darinya. Seperti sudah pasrah keseluruhan analisis tubuh puisi HAMPA, jelas puisi ini menggambarkan sebuah kedukaan perasaan seseorang yang tertimpa sepi dalam segala penantiannya. Kekosongan hatinya yang ia rasakan begitu sangat, dan terlebih ketika ia teringat pada wanita yang disukainya. Seakan kehampaan itu semakin menjadi-jadi karena tidak bisa memiliki wanita itu. Bisa jadi, seperti menggambarkan juga tentang cinta sepihak. Dan pada akhirnya ia hanya akan menjadi biasa dengan sepi yang terus ada puisi HAMPA ini, Chairil begitu dalam menggambarkan bentuk kesepian, kehampaan yang ia rasakan. Bentuk kerinduan yang sunyi terhadap Sri. Dan perlu diketahui, memang saat menulis puisi ini, Chairil sedang menaruh hati pada Sri. SHARE TO »
Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas. Nisan (Oktober 1942) oleh Chairil Anwar. portal terkait: Puisi. Dari Kerikil Tajam. Untuk nenekanda. Bukan kematian benar menusuk kalbu. Keridlaanmu menerima segala tiba.
Jakarta - Hari Puisi Nasional dirayakan setiap tanggal 28 April. Peringatan ini bertujuan untuk mengenang sosok penyair Indonesia, Chairil Anwar merupakan pelopor Angkatan 45, yakni periode sastra yang sarat menuntut keadilan rakyat, persoalan sosial dan politik. Dia berjasa dalam melakukan pembaharuan puisi hidupnya, Chairil Anwar telah melahirkan 96 karya, termasuk 70 puisi. Berkat dedikasinya itulah, ia dinobatkan sebagai pelopor Angkatan Singkat Chairil AnwarChairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara. Ia merupakan putra dari Teoloes bin Haji Manan yang bekerja sebagai ambtenar pada zaman Belanda dan menjadi Bupati Rengat pada zaman Republik tahun 1948. Ibu Chairil Anwar bernama Saleha atau biasa disapa Mak laman Ensiklopedia Kemdikbud RI, pengalaman menulis Chairil Anwar dimulai pada tahun 1942 ketika ia menciptakan sebuah sajak yang berjudul "Nisan".Kecintaan menulisnya tersebut masih terjaga sampai akhir hayat. Pada 1949 menjelang wafat, ia bahkan menghasilkan enam buah sajak, yaitu "Mirat Muda", "Chairil Muda", "Buat Nyonya N", "Aku Berkisar Antara Mereka", "Yang Terhempas dan Yang Luput", "Derai-Derai Cemara", dan "Aku Berada Kembali".Chairil pun menutup usia pada 28 April 1949 yang kemudian diperingati sebagai Hari Puisi mengenang Chairil, berikut 25 puisi karya Chairil Anwar yang sarat Nisan Oktober 1942Untuk nenekandaBukan kematian benar menusuk kalbuKeridlaanmu menerima segala tibaTak kutahu setinggi itu atas debudan duka maha tuan Penghidupan Desember 1942Lautan maha dalamMukul dentur selamaNguji tenaga pematang kitaMukul dentur selamaHingga hancur remuk redam Kurnia BahagiaKecil setumpukSia-sia dilindung, sia-sia Diponegoro Februari 1943Di masa pembangunan iniTuan hidup kembaliDan bara kagum menjadi apiDi depan sekali tuan menantiTak gentar. Lawan banyaknya seratus di kanan, keris di kiriBerselempang semangat yang tak bisa barisan tak bergenderang berpaluKepercayaan tanda berartiSudah itu NegeriMenyediakan di atas menghambaBinasa di atas ditindaSungguhpun dalam ajal baru tercapaiJika hidup harus Tak Sepadan Februari 1943Aku kiraBeginilah nanti jadinyaKau kawin, beranak dan berbahagiaSedang aku mengembara serupa sumpahi ErosAku merangkaki dinding butaTak satu juga pintu baik juga kita padamiUnggunan api iniKarena kau tidak 'kan apa apaAku terpanggang tinggal Pelarian Februari 1943Tak tertahan lagiremang miang sengketa di siniDalam lariDihempaskannya pintu keras tak sepi seketikaDan paduan dua kelam ke malamTertawa-meringis malam menerimanyaIni batu baru tercampung dalam gelita"Mau apa? Rayu dan pelupa,Aku ada! Pilih saja!Bujuk dibeli?Atau sungai sunyi?Mari! Mari!Turut saja!"Tak kuasa ...terengkamIa dicengkam Sendiri Februari 1943Hidupnya tambah sepi, tambah hampaMalam apa lagiIa memekik ngeriDicekik kesunyian kamarnyaIa membenci. Dirinya dari segalaYang minta perempuan untuk kawannyaBahaya dari tiap sudut. Mendekat jugaDalam ketakutan-menanti ia menyebut satu namaTerkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu?Ah! Lemah lesu ia tersedu Ibu! Ibu!7. Suara Malam Februari 1943Dunia badai dan topanManusia mengingatkan "Kebakaran di Hutan"*Jadi ke manaUntuk damai dan reda? kali ini diam kaku sajaDengan ketenangan selama bersatuMengatasi suka dan dukaKekebalan terhadap debu dan tak sedarSeperti kapal pecah di dasar lautanJemu dipukul ombak dalam TiadaDan sekali akan menghadap Allah! Badanku terbakar - segala sudah melewati Pintu tertutup dengan Sia-sia Februari 1943Penghabisan kali itu kau datangMembawa karangan kembangMawar merah dan melati putihDarah dan tebarkan depankuSerta pandang yang memastikan itu kita sama termanguSaling bertanya Apakah ini?Cinta? Keduanya tak itu kita hampir Hatiku yang tak mau memberiMampus kau dikoyak koyak Ajakan Februari 1943IdaMenembus sudah cayaUdara tebal kabutKaca hitam lumutPecah pencar sekarangDi ruang legah lapangMari ria lagiTujuh belas tahun kembaliBersepeda sama gandenganKita jalani ini jalanRia bahgiaTak acuh apa-apaGembira girangBiar hujan datangKita mandi-basahkan diriTahu pasti sebentar kering Aku Maret 1943Kalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang'kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak perduliAku mau hidup seribu tahun lagi11. Taman Maret 1943Taman punya kita berduatak lebar luas, kecil sajasatu tak kehilangan lain kau dan aku cukuplahTaman kembangnya tak berpuluh warnaPadang rumputnya tak berbanding permadanihalus lembut dipijak kita bukan taman punya berduaKau kembang, aku kumbangaku kumbang, kau penuh surya taman kitatempat merenggut dari dunia dan 'nusia12. Hukum Maret 1943Saban sore ia lalu depan rumahkuDalam baju tebal abu-abuSeorang jerih menangkis jalannya - LesuPucat mukanya - LesuOrang menyebut satu nama jayaMengingat kerjanya dan jasaMelecut supaya terus ini padanyaTapi mereka memaling. Ia begitu kurang tenagaPekik di angkasa Perwira mudaPagi ini menyinar lain masaNanti, kau dinanti-dimengerti!13. Kesabaran Maret 1943Aku tak bisa tidurOrang ngomong, anjing nggonggongDunia jauh mengaburKelam mendinding batuDihantam suara bertalu-taluDi sebelahnya api dan abuAku hendak berbicaraSuaraku hilang, tenaga terbangSudah! tidak jadi apa-apa!Ini dunia enggan disapa, ambil perduliKeras membeku air kaliDan hidup bukan hidup lagiKuulangi yang dulu kembaliSambil bertutup telinga, berpicing mataMenunggu reda yang mesti tiba14. Lagu Biasa Maret 1943Di teras rumah makan kami kini berhadapanBaru berkenalan. Cuma berpandanganSungguhpun samudra jiwa sudah selam berselamMasih saja berpandanganDalam lakon pertamaOrkes meningkah dengan "Carmen" mengerling. Ia ketawaDan rumput kering terus menyalaIa berkata. Suaranya nyaring tinggiDarahku terhenti berlariKetika orkes memulai "Ave Maria"Kuseret ia ke Kenangan April 1943Untuk Karinah MoordjonoKadangDi antara jeriji itu itu sajaMereksmi memberi warnaBenda usang dilupaAh! tercebar rasanya diriMembubung tinggi atas kiniSejenakSaja. Halus rapuh ini jalinan kenangHancur hilang belum dipegangTerhentakKembali di itu itu sajaJiwa bertanya; Dari buahHidup kan banyakan jatuh ke tanah?Menyelubung nyesak penyesalan pernah menyia-nyia16. Rumahku April 1943Rumahku dari unggun-timbun sajakKaca jernih dari luar segala nampakKulari dari gedong lebar halamanAku tersesat tak dapat jalanKemah kudirikan ketika senjakalaDi pagi terbang entah ke manaRumahku dari unggun-timbun sajakDi sini aku berbini dan beranakRasanya lama lagi, tapi datangnya datangAku tidak lagi meraih petangBiar berleleran kata manis maduJika menagih yang Bercerai Juni 1943Kita musti berceraiSebelum kicau murai kita minta pada malam iniBenar belum puas serah-menyerahDarah masih kita minta pada malam musti berceraiBiar surya 'kan menembus oleh malam di perisaiDua benua bakal kesumba jadi putih IDA, mau turut mengaburTidak samudra caya tempatmu Cerita Juni 1943Kepada DarmawidjayaDi pasar baru merekaLalu sudah kesalTak tahu apa dibuatJiwa satu teman lucuDalam hidup, dalam diselimuti tebalSama segala kadang pula dapatIni renggang terus Kawanku dan Aku Juni 1943Kepada BohangKami jalan sama. Sudah larutMenembus mengucur kapal-kapal di mengental-pekat. Aku berkata?Kawanku hanya rangka sajaKarena dera mengelucak bertanya jam berapa!Sudah larut sekaliHingga hilang segala maknaDan gerak tak punya Dendam Juli 1943Berdiri tersentakDari mimpi aku bengis dielakAku tegakBulan bersinar sedikit tak nampakTangan meraba ke bawah bantalkuKeris berkarat kugenggam di huluBulan bersinar sedikit tak nampakAku mencariMendadak mati kuhendak berbekas di jariAku mencariDiri tercerai dari hatiBulan bersinar sedikit tak tampak21. Merdeka Juli 1943Aku mau bebas dari segalaMerdekaJuga dari IdaPernahAku percaya pada sumpah dan cintaMenjadi sumsum dan darahSeharian kukunyah kumamahSedang meradangSegala kurenggutIkut bayangTapi kiniHidupku terlalu tenangSelama tidak antara badaiKalah menangAh! Jiwa yang menggapai-gapaiMengapa kalau beranjak dari siniKucoba dalam Isa November 1943Kepada nasrani sejatiItu TubuhMengucur darahMengucur darahRubuhPatahMendampar tanya aku salah?Kulihat Tubuh mengucur darahAku berkaca dalam darahTerbayang terang di mataMasa bertukar rupa ini segaraMengatup lukaAku bersukaItu TubuhMengucur darahMengucur darah23. Doa November 1943Kepada pemeluk teguhTuhankuDalam termanguAku masih menyebut namaMuBiar susah sungguh mengingatKau penuh seluruhCayaMu panas suciTinggal kerdip lilin di kelam sunyiTuhankuaku hilang bentukremukTuhanku aku mengembara di negeri asingTuhankudi pintuMu aku mengetukaku tidak bisa berpaling24. Dengan Mirat Januari 1946Kamar ini jadi sarang penghabisanDi malam yang hilang batasAku dan dia hanya menjengkauRakit hitam.'Kan terdamparkahAtau terserahPada putaran pitam?Matamu ungu membatuMasih berdekapankah kami atauMengikut juga bayangan itu?25. Sorga Januari 1946Buat Basuki ResobowoSeperti ibu + nenekku jugaTambah tujuh keturunan yang laluAku minta pula supaya sampai di sorgaYang kata Masyumi + Muhammadiyah bersungai susuDan bertabur bidari beribuTapi ada suara menimbang dalam diriku,Nekat mencemooh Bisakah kiranyaBerkering dari kuyup laut biru,Gamitan dari tiap pelabuhan gimana?Lagi siapa bisa mengatakan pastiDi situ memang memang ada bidariSuaranya berat menelan seperti Nina, punya kerlingnya Jati?Demikian 25 puisi karya Chairil Anwar sosok di balik Hari Puisi Nasional. Ada puisi favoritmu, detikers? Simak Video "Google Sediakan 11 Ribu Beasiswa Pelatihan untuk Bangun Talenta Digital" [GambasVideo 20detik] nir/twu
Puisi "Terbunuh Sepi" menggambarkan perjalanan emosional dari kecintaan yang bersemangat menjadi kehilangan dan kejenuhan. Sarifah Aini berhasil menggambarkan perasaan penyair yang menghadapi kenyataan pahit perubahan dalam hubungan cintanya, memberikan dimensi reflektif pada puisi ini. Puisi: Terbunuh Sepi. Karya: Sarifah Aini. Puisi Hampa Chairil Anwar Puisi Hampa Chairil Anwar Sepi di luar. Sepi menekan mendesak. Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai ke puncak. Sepi memagut, Jumat, 23 Oktober 2020 0454 Puisi Hampa Chairil Anwar - Puisi Hampa Chairil Anwar Hampa Sepi di luar. Sepi menekan kaku pohonan. Tak bergerakSampai ke puncak. Sepi memagut,Tak satu kuasa melepas-renggutSegala menanti. Menanti. ini menanti jadi mencekikMemberat-mencekung pundaSampai binasa segala. Belum apa-apaUdara bertuba. Setan bertempikIni sepi terus ada. Dan menanti. *
Kita mengenal karya-karya puisi dari beberapa penyair Indonesia yang telah melegenda Seperti Chairil Anwar, Taufik Ismail, WS. Rendra, H.B Jassin dan lain-lain. Karya sastra puisi ini sudah menggema di tanah air sejak angkatan Pujangga Lama hingga angkatan 1990-an. Karya-karya puisi yang tercipta bukan hanya sekedar baris kalimat tanpa arti.

Analisis Puisi Hampa karya Chairil Anwar HAMPA Sepi di luar. Sepi menekan kaku pohonan. Tak bergerakSampai ke puncak. Sepi memagut,Tak satu kuasa melepas-renggutSegala menanti. Menanti. ini menanti jadi mencekikMemberat-mencekung pundaSampai binasa segala. Belum apa-apaUdara bertuba. Setan bertempikIni sepi terus ada. Dan Chairil Anwar A. Unsur Intrinsik Tema Puisi diatas mengangkat tema yang sudah sangat lazim di masyarakat sehingga kita sebagai pembaca tidak kesulitan dalam mengartikan arti tema tersebut. Karena biasanya bila tema puisi mudah diterima easy accepting dimasyarakat itu akan membawa minat pembaca itu sendiri untuk meneruskan membaca isi puisi tersebut atau tidak. Pemilihan Kata Diksi Pada puisi diatas sang penyair menggunakan bahasa kesehariannya. Sehingga kita mudah mengartikan maksud dari puisi tersebut. Dengan intonasi yang tepat maka kita akan bisa mengerti makna dari isi puisi tersebut. Meskipun pada puisi Chairil Anwar diatas tidak semuanya menggunakan kata yang tepat tepat sesuai KBBI cotontoh pada kata “pohonan” yang harus nya “pepohonan”. Perasaan Di dalam puisi diatas sangat tergambar bahwa penyair merasa kesepian dalam penantian seseorang yang sangat berarti untuknya. Di suasana hati yang sangat merasa kesepian dia hanya bias menanti dan menanti sampai datang nya sang pujaan hati. Nada dan Suasana a NadaDidalam puisi diatas penyair menggunakan nada-nada yang lugas dan tepat dan menggunakan penekanan-penekanan di beberapa kata yang ditunjukkan untuk memperjelas maksud dari puisi SuasanaSuasana yang tergambar dari puisi diatas adalah suasana yang tak menentu gundah gulana menantikan seseorang yang sangat kita nantikan namun tak kunjung memberikan kepastian. Bahasa Figuratif Majas Didalam puisi “ Hampa “ Chairil Anwar menggunakan banyak sekali majas hiperbola berlebih-lebihan . Contoh nya “ ini menanti jadi mencekik. Memberat-mencekung punda,sampai binasa segala” yang artinya dalam kesepian dia menunggu sampai membungkukkan pundaknya sampai tak sanggup lagi menanti. Amanat Amanat dalam puisi ini adalah tentang kesetiaan seseorang yang menunggu orang yang dia sayangi , meskipun lelah dan merasa tak sanggup lagi namun kita harus tetap percaya bahwa semua hal akan indah pada Unsur Ekstrinsik Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Puisi Nilai Kasih sayang kerinduan si penyair akan kehadiran seorang wanita yang di idam-idamkan membuatnya merasakan hampa dalam hidupnya Biografi Penyair Chairil Anwar dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" dari karyanya yang berjudul Aku, adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia sekarang Jakarta dengan ibunya pada tahun 1940, dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang Anwar dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis. Orang tuanya bercerai, dan ayahnya menikah lagi. Ia merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai bupati Inderagiri, Riau. Ia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apa pun; sedikit cerminan dari kepribadian orang Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School HIS, sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO. Saat usianya mencapai 18 tahun, ia tidak lagi bersekolah. Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia telah bertekad menjadi seorang usia 19 tahun, setelah perceraian orang tuanya, Chairil bersama ibunya pindah ke Batavia sekarang Jakarta dimana ia berkenalan dengan dunia sastra; walau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya. Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman. Ia juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti Rainer Maria Rilke, Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, J. Slaurhoff, dan Edgar du Perron. Penulis-penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung terhadap tatanan kesusasteraan kecil di Medan, Chairil Anwar sangat dekat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil Anwar. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedihBukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta pisah. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi lama setelah itu, pukul WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan Chairil memang pendek, 27 tahun. Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik. Makna dari puisi di atas •Bait pertama, larik pertama puisi HAMPA diawali dengan kata sepi’, yang kemudian kata sepi’ini ternyata menjadi kata kunci berikutnya. Pada bait pertama kata sepi’ menguasai isi tubuh puisi. Menggambarkan bagaimana kekosongan perasaan Chairil saat itu, seperti yang sudah jelas terlukis sejak penjudulan puisi, HAMPA. Sepi di luar. Sepi menekan-mendesakLurus kaku pepohonan. Tak bergerakSampai ke puncak . Sepi memagut,Tak satu kuasa melepas-renggut Larik-larik di atas menggambarkan suasana sepi yang teramat sangat. Sepi yang tadinya hanya di luar sampai masuk hingga menekan, mendesak ke dalam, seakan teramat besar dan berat sepi itu. Bahkan sepi yang teramat sangat itu digambarkan Chairil hingga pepohonan saja tidak bergerak sedikit pun, sampai ke puncak pohon. Tidak ada angin semilir yang bisa membuat suara gesekan daun. Keadaan teramat sepi. Hingga sepi itu memagut, seakan menggigit atau memeluk dengan erat dan tak satu pun yang kuasa untuk terhindar dari sepi itu atau bahkan menolong seseorang untuk terhindar dari sepi itu. Segala menanti. Menanti. MenantiSepi. Larik di atas bisa menggambarkan bentuk kekesalan Chairil atas penantian-penantian yang dilakukannya terhadap wanita yang dimaksudnya dalam puisi ini. Dan juga bisa menunjukkan keputus-asaan Chairil dengan perasaannya, yang akhirnya hanya akan berujung pada sepi. Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencengkung pundak Lewat larik di atas, Chairil merasakan sebuah penantian atas wanitanya yang semakin lama semakin membuat perasaannya sulit. Memberatkan pikirannya, menjadi beban bagi dirinya seperti ada beban di pundak yang sangat berat, hingga pundak mencengkung menahan beban itu. Sampai binasa segala. Belum apa-apa Larik di atas seolah mengungkapkan, akibat terlalu sulitnya perasaan yang Chairil rasakan, dan hanya sepi yang menjadi jawaban, maka perasaan itu menjadi binasa, putus asa, kosong, hampa. Belum ada hasil yang ia dapati dari rasanya pada sang wanita, entah itu rasa ingin memiliki, atau sekadar kerinduan, namun kehampaan yang teramat yang ia rasakan, membuat segala harapan seakan binasa. Udara bertuba. Setan bertempikIni sepi terus ada. Dan tiadaUdara bertuba. Setan bertempik Menggambarkan suasana yang sudah sangat tidak nyaman. Udara seakan menjadi penuh racun, sesak, dan setan-setan bersorak riuh, berteriak, membuat suasana semakin kacau. Seakan menjadi gelap. Keadaan hampa yang digambarkan Chairil begitu dalam, sunyi, dan suram. Ini sepi terus ada. Dan tiada – sepi itu tak kunjung hilang, bahkan Chairil berpikir, hidupnya memang terkukung sepi, sepi itu terus ada hingga menjadi kebiasaan, dan seakan tiada sepi. Karena memang sepi sudah menjadi bagian darinya. Seperti sudah pasrah keseluruhan analisis tubuh puisi HAMPA, jelas puisi ini menggambarkan sebuah kedukaan perasaan seseorang yang tertimpa sepi dalam segala penantiannya. Kekosongan hatinya yang ia rasakan begitu sangat, dan terlebih ketika ia teringat pada wanita yang disukainya. Seakan kehampaan itu semakin menjadi-jadi karena tidak bisa memiliki wanita itu. Bisa jadi, seperti menggambarkan juga tentang cinta sepihak. Dan pada akhirnya ia hanya akan menjadi biasa dengan sepi yang terus ada puisi HAMPA ini, Chairil begitu dalam menggambarkan bentuk kesepian, kehampaan yang ia rasakan. Bentuk kerinduan yang sunyi terhadap Sri. Dan perlu diketahui, memang saat menulis puisi ini, Chairil sedang menaruh hati pada Sri Analisis Puisi Aku Karya Cahiril Anwar AKU Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Chairil Anwar Maret 1943 A. MAKNA PUISI AKU’ Dengan membaca dan memahami makna puisi Aku karya Chairil Anwar, ada banyak hal yang bisa dipelajari. Khususnya, bagi generasi yang hidup di era kemerdekaan. Karena, pada generasi ini, tentu tidak pernah hidup dan mengalami secara nyata apa yang terjadi di era awal kemerdekaan Indonesia. Beberapa makna puisi Aku, di antaranya adalah Wujud kesetiaan dan keteguhan hati atas pilihan kebenaran yang diyakininya. Hal ini tercermin melalui dua kalimat di awal puisi tersebut, yakni “Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu” Keberanian dalam berjuang meskipun banyak resiko yang akan dihadapi. Termasuk resiko untuk kehilangan nyawa atau terluka karena senjata musuh. Inilah yang digelorakan oleh Chairil Anwar, yang tersurat pada bait ketiga puisi tersebut. Semangat yang tak pernah padam. Sebagaimana yang dinyatakan melalui kalimat “aku mau hidup seribu tahun lagi”. Hal tersebut adalah cermin dan betapa semangat Chairil Anwar untuk berjuang, tidak ingin dibatasi oleh waktu B. UNSUR INTRINSIK PUISI AKU’ Tema Tema pada puisi “Aku” karya Chairil Anwar adalah menggambarkan kegigihan dan semangat perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan, dan semangat hidup seseorang yang ingin selalu memperjuangkan haknya tanpa merugikan orang lain, walaupun banyak rintangan yang ia hadapi. Dari judulnya sudah terlihat bahwa puisi ini menceritakan kisah AKU’ yang mencari tujuan hidup. Pemilihan Kata Diksi Untuk ketepatan pemilihan kata sering kali penyair menggantikan kata yang dipergunakan berkali-kali yang dirasa belum tepat, diubah kata-katanya. Seperti pada baris kedua bait pertama “Ku mau tak seorang ’kan merayu” merupakan pengganti dari kata “ku tahu”. “Kalau sampai waktuku” dapat berarti “kalau aku mati”, “tak perlu sedu sedan“dapat berarti “berarti tak ada gunannya kesedihan itu”. “Tidak juga kau” dapat berarti “tidak juga engkau anaku, istriku, atau kekasihku”. Rasa Rasa adalah sikap penyeir terhadap pokok permasalahan yang terdapat pada puisi “Aku” karya Chairil Awar merupakan eskpresi jiwa penyair yang menginginkan kebebasan dari semua ikatan. Di sana penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa “jika sampai waktunya”, ia tidak mau terikat oleh siapa saja, apapun yang terjadi, ia ingin bebas sebebas-bebasnya sebagai “aku”. Bahkan jika ia terluka, akan di bawa lari sehingga perih lukanya itu hilang. Ia memandang bahwa dengan luka itu, ia akan lebih jalang, lebih dinamis, lebih vital, lebih bergairah hidup. Sebab itu ia malahan ingin hidup seribu tahun lagi. Uraian di atas merupakan yang dikemukakan dalam puisi ini semuanya adalah sikap chairil yang lahir dari ekspresi jiwa penyair. Nada dan Suasana a. Nada Dalam puisi tersebut penulis menggambarkan nada-nada yang berwibawa, tegas, lugas dan jelas dalam penyampaian puisi ini, karena banyak bait-bait puisi tersebut menggandung kata perjuangan. Dan menggunanakan nada yang syahdu di bait yang terkesan sedikit sedih. b. Suasana Suasana yang terdapat dalam puisi tersebut adalah suasana yang penuh perjuangan, optimis dan kekuatan emosi yang cukup tinggi tetapi ada beberapa suasana yang berubah menjadi sedih karena dalam puisi tersebut menceritakan ada beberapa orang yang tak mengaangap perjuangannya si tokoh. Majas Dalam puisi tersebut menggunakan majas hiperbola pada kalimat “Aku tetap meradang menerjang”. Terdapat juga majas metafora pada kalimat “Aku ini binatang jalang”. Pencitraan/pengimajian Di dalam sajak ini terdapat beberapa pengimajian, diantaranya Ku mau tak seorang ’kan merayu Imaji Pendengaran, Tak perlu sedu sedan itu’ Imaji Pendengaran, Biar peluru menembus kulitku’ Imaji Rasa, Hingga hilang pedih perih’ Imaji Rasa. Amanat Amanat adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat berhubungan dengan makna karya sastra. Makna bersifat kias, subjektif, dan umum. Makna berhubungan dengan individu, konsep seseorang dan situasi tempatpenyair mengimajinasikan dalam Puisi Aku’ karya Chairil Anwar yang dapat saya simpulkan dan dapat kita rumuskan adalah sebagai berikut Manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun rintangan menghadang. Manusia harus berani mengakui keburukan dirinya, tidak hanya menonjolkan kelebihannya saja. Manusia harus mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya. C. UNSUR EKSTRINSIK Biografi Pengarang Chairil Anwar di Medan, 22 Juli 1922. Mulai muncul di dunia kesenian pada zaman Jepang. Dilihat dari esai-esai dan sajak-sajaknya terlihat bahwa ia seorang yang individualis yang bebas dan berani dalam menentang lembaga sensor jepang. Chairil pun seorang yang mencintai tanah air dan bangsanya, hal ini tampak pada sajak-sajaknya Diponegoro, Karawang-Bekasi, Persetujuan dengan Bung Karno, dll. Hubungan Karya Sastra Dengan kondisi sosial masyarakat Pada Saat Karya Sastra Lahir Sajak AKU ini, banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat pada zaman itu. Bahkan sebagai akibat dari lahirnya sajak AKU ini, Chairil Anwar ditangkap dan dipenjara oleh Kompetai Jepang. Hal ini karena sajaknya terkesan membangkang terhadap pemerintahan Jepang. Sajak AKU ini ditulis pada tahun 1943, di saat jaman pendudukan Jepang. Kondisi masyarakat pada waktu itu sangat miskin dan menderita. Bangsa Indonesia berada di bawah kekuasaan Jepang, tanpa mampu berbuat banyak untuk kemerdekannya. Kerja paksa marak terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Bangsa Indonesia menjadi budak di negaranya sendiri. Chairil Anwar mulai banyak dikenal oleh masyarakat dari puisinya yang paling terkenal berjudul Semangat yang kemudian berubah judul menjadi Aku. Puisi yang ia tulis pada bulan Maret tahun 1943 ini banyak menyita perhatian masyarakat dalam dunia sastra. Dengan bahasa yang lugas, Chairil berani memunculkan suatu karya yang belum pernah ada sebelumnya. Pada saat itu, puisi tersebut mendapat banyak kecaman dari publik karena dianggap tidak sesuai sebagaimana puisi-puisi lain pada zaman itu Puisi yang sebelumnya berjudul Semangat ini terdapat dua versi yang berbeda. Terdapat sedikit perubahan lirik pada puisi tersebut. Kata ku mau’ berubah menjadi kutahu’. Pada kata hingga hilang pedih peri’, menjadi hingga hilang pedih dan peri’. Kedua versi tersebut terdapat pada kumpulan sajak Chairil yang berbeda, yaitu versi Deru Campur Debu, dan Kerikil Tajam. Keduanya adalah nama kumpulan Chairil sendiri, dibuat pada bulan dan tahun yang sama. Mungkin Chairil perlu uang, maka sajaknya itu dimuat dua kali, agar dapat dua honor Aidit1999. Penjelajahan Chairil Anwar berpusar pada pencariannya akan corak bahasa ucap yang baru, yang lebih berbunyi’ daripada corak bahasa ucap Pujangga Baru. Chairil Anwar pernah menuliskan betapa ia betul-betul menghargai salah seorang penyair Pujangga Baru, Amir Hamzah, yang telah mampu mendobrak bahasa ucap penyair-penyair sebelumnya. Idiom binatang jalang’ yang digunakan dalam sajak tersebut pun sungguh suatu pendobrakan akan tradisi bahasa ucap Pujangga Baru yang masih cenderung mendayu-dayu. Secara makna, puisi Aku tidak menggunakan kata-kata yang terlalu sulit untuk dimaknai, bukan berarti dengan kata-kata tersebut lantas menurunkan kualitas dari puisi ini. Sesuai dengan judul sebelumnya, puisi tersebut menggambarkan tentang semangat dan tak mau mengalah, seperti Chairil sendiri. 1. Pada lirik pertama, chairil berbicara masalah waktu seperti pada kutipan 1. Kalau sampai waktuku Waktu yang dimaksud dalam kutipan 1 adalah sampaian dari waktu atau sebuah tujuan yang dibatasi oleh waktu. Chairil adalah penyair yang sedang dalam pencarian bahasa ucap yang mampu memenuhi luapan ekspresinya sesuai dengan yang diinginkannya, tanpa harus memperdulikan bahasa ucap dari penyair lain saat itu. Chairil juga memberikan awalan kata kalau’ yang berarti sebuah pengandaian. Jadi, Charil berandai-andai tentang suatu masa saat ia sampai pada apa yang ia cari selama ini, yaitu penemuan bahasa ucap yang berbeda dengan ditandai keluarnya puisi tersebut. Ku mau tak seorang kan merayu Pada kutipan 2 inilah watak Charil sangat tampak mewarnai sajaknya. Ia tahu bahwa dengan menuliskan puisi Aku ini akan memunculkan banyak protes dari berbagai kalangan, terutama dari kalangan penyair. Memang dasar sifat Chairil, ia tak menanggapi pembicaraan orang tentang karyanya ini, karena memang inilah yang dicarinya selama ini. Bahkan ketidakpeduliannya itu lebih dipertegas pada lirik selanjutnya pada kutipan 3. Tidak juga kau Kau yang dimaksud dalam kutipan 3 adalah pembaca atau penyimak dari puisi ini. Ini menunjukkan betapa tidak pedulinya Chairil dengan semua orang yang pernah mendengar atau pun membaca puisi tersebut, entah itu baik, atau pun buruk. Berbicara tentang baik dan buruk, bait selanjutnya akan berbicara tentang nilai baik atau buruk dan masih tentang ketidakpedulian Chairil atas keduanya. Tidak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Zaini, salah seorang Sahabat Chairil pernah bercerita, bahwa ia pernah mencuri baju Chairil dan menjualnnya. Ketika Chairil mengetahui perbuatan sahabatnya itu, Chairil hanya berkata, “Mengapa aku begitu bodoh sampai bisa tertipu oleh kau”. Ini menunjukkan suatu sikap hidup Chairil yang tidak mempersoalkan baik-buruknya suatu perbuatan, baik itu dari segi ketetetapan masyarakat, maupun agama. Menurut Chairil, yang perlu diperhatikan justru lemah atau kuatnya orang. Dalam kutipan 4, ia menggunakan kata binatang jalang’, karena ia ingin menggambar seolah seperti binatang yang hidup dengan bebas, sekenaknya sendiri, tanpa sedikitpun ada yang mengatur. Lebih tepatnya adalah binatang liar. Karena itulah ia dari kumpulannya terbuang’. Dalam suatu kelompok pasti ada sebuah ikatan, ia dari kumpulannya terbuang’ karena tidak ingin mengikut ikatan dan aturan dalam kumpulannya. Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Peluru tak akan pernah lepas dari pelatuknya, yaitu pistol. Sebuah pistol seringkali digunakan untuk melukai sesuatu. Pada kutipan 5, bait tersebut tergambar bahwa Chairil sedang diserang’ dengan adanya peluru menembus kulit’, tetapi ia tidak mempedulikan peluru yang merobek kulitnya itu, ia berkata “Biar”. Meskipun dalam keadan diserang dan terluka, Chairil masih memberontak, ia tetap meradang menerjang’ seperti binatang liar yang sedang diburu. Selain itu, lirik ini juga menunjukkan sikap Chairil yang tak mau mengalah. Semua cacian dan berbagai pembicaraan tentang baik atau buruk yang tidak ia pedulikan dari sajak tersebut juga akan hilang, seperti yang ia tuliskan pada lirik selanjutnya. Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Inilah yang menegaskan watak dari penyair atau pun dari puisi ini, suatu ketidakpedulian. Pada kutipan 6, bait ini seolah menjadi penutup dari puisi tersebut. Sebagaimana sebuah karya tulis, penutup terdiri atas kesimpulan dan harapan. Kesimpulannya adalah Dan aku akan lebih tidak perduli’, ia tetap tidak mau peduli. Chairil berharap bahwa ia masih hidup seribu tahun lagi agar ia tetap bisa mencari-cari apa yang diinginkannya. Disamping Chairil ingin menunjukkan ketidakpeduliannya kepada pembaca, dalam puisi ini juga terdapat pesan lain dari Chairil, bahwa manusia itu adalah makhluk yang tak pernah lepas dari salah. Oleh karena itu, janganlah memandang seseorang dari baik-buruknya saja, karena kedua hal itu pasti akan ditemui dalam setiap manusia. Selain itu, Chairil juga ingin menyampaikan agar pembaca tidak perlu ragu dalam berkarya. Berkaryalah dan biarkan orang lain menilainya, seperti apa pun bentuk penilaian itu. Analisis Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar A. Makna Puisi “Kepada Peminta-Minta” Karya Chairil Anwar Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. “ Seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si pengemis dan memberikan apa yang ia punya dengan terpaksa. Tokoh aku terganggu dan risih selalu dipandang terus-menerus oleh pengemis, sebenarnya tokoh aku tidak setuju dengan cara si pengemis mencari nafkah dan mengatakan jika si pengemis terus seperti ini ia tidak akan iba lagi”. Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari luka Sambil berjalan kau usap juga. “ Tokoh aku yang tidak suka mendengar si pengemis meminta-minta sambil memasang wajah susah dan sengsara, bahkan walau keringat banyak bercucuran ia tetap meminta dengan nada yang kasihan sampai ada yang memberinya uang”. Bersuara tiap kau melangkah Mengeerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau dating Sembarang kau merebah. “ Dari sudut pandang tokoh aku ia melihat si pengemis selalu meminta belas kasihan di setiap lanngkahnya, mengiba disetiap pandangannya, dan menangis setiap saat dan dia selalu tidur dimanapun dia berada”. Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku. “ Tokoh aku selalu kepikiran dengan sikap si pengemis, Membuatnya berpikir tentang kehidupan yang begitu sulit dan rumit, namun ia ingin mengatakan sesuatu yang selalu menjanggal dipikirannya kepada si pengemis agar mencari nafkah yang lebih baik dari pada meminta-minta”. Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dari segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. “ Seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si pengemis dan memberikan apa yang ia punya dengan terpaksa. Tokoh aku terganggu dan risih selalu dipandang terus-menerus oleh pengemis, sebenarnya tokoh aku tidak setuju dengan cara si pengemis mencari nafkah dan mengatakan jika si pengemis terus seperti ini ia tidak akan iba lagi”. B. Unsur Intrinsik Puisi “Kepada Peminta-minta”Unsur intrinsik puisi adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam naskah puisi tersebut. Adapun unsur-unsur intrinsic puisi yang berjudul “Kepada Peminta-minta” meliputi Tema Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Tema puisi yang berjudul ”Kepada Peminta-minta” adalah keperihatinan dan ketidak setujuan. Disini tokoh aku tidak suka melihat pengemis mencari nafkah dengan cara meminta-minta, walaupun kehidupan sangat rumit namun tokoh aku berharap pengemis mencari nafkah dengan cara yang lebih baik. Tipografi Tipografi disebut juga ukiran bentuk puisi. Tipografi adalah tatanan larik, bait, dan baris. No Bentuk Puisi Kepada Peminta-minta 1 Bait Terdapat 5 bait 2 Baris Tiap bait terdiri dari 4 baris Perasaan Perasaan dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair lainnya. Perasaan yang terdapat dalam “Kepada Peminta-minta” mampu mengungkapkan isi hati penyair yang begitu menginginkan pengemis untuk tidak lagi meminta-minta dan mencari pekerjaan yang lebih baik. Penggunaan kata-katanya sederhana namun dapat membangkitkan perasaan pembaca yang ingin melihat perubahan terhadap cara untuk mencari nafkah. Dalam kalimat Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku. Penyair mengungkapkan perasaan yang ingin diutarakan kepada pengemis dimana Tokoh aku selalu kepikiran dengan sikap si pengemis, Membuatnya berpikir tentang kehidupan yang begitu sulit dan rumit, namun ia ingin mengatakan sesuatu yang selalu menjanggal dipikirannya kepada si pengemis agar mencari nafkah yang lebih baik dari pada meminta. Nada dan Suasana Nada berkaitan erat dengan suasana. Nada bahagia yang diciptakan penyair dapat menimbulkan perasaan senang pada pembaca setelah membaca puisi. Nada religius menimbulkan suasana khusyuk pada pembaca. Nada kritik menimbulkan suasana pemberontakan pada hati pembaca. Begitulah sangat eratnya hubungan nada dan suasana. Puisi “Kepada Peminta-minta” bernada terpaksa seperti yang ditunjukkan oleh kalimat Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. “ Seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si pengemis dan memberikan apa yang ia punya dengan terpaksa. Tokoh aku terganggu dan risih selalu dipandang terus-menerus oleh pengemis, sebenarnya tokoh aku tidak setuju dengan cara si pengemis mencari nafkah dan mengatakan jika si pengemis terus seperti ini ia tidak akan iba lagi”.Suasana yang timbul akibat nada yang disodorkan penyair tersebut membuat pembaca setuju bahwa dalam mencari nafkah tidak seharusnya dengan cara meminta-minta selama kita masih mampu untuk berusaha. Diksi Persoalan pemilihan kata merupakan masalah yang sungguh-sungguh esensial untuk melukiskan dengan sejelas-jelasnya wujud dan perincian materi. Diksi sendiri berarti pemilihan kata, yaitu pemilihan kata yang digunakan penyair untuk mencari kata yang tepat dan sesuai dengan bentuk puisi dan tema yang dikandungnya, sehingga menghasilkan jiwa penyair secara tepat, setidak-tidaknya mendekati yang dipergunakan dunia persajakan di samping memiliki arti denotatif dapat pula memiliki arti konotatif. Berikut perbandingan pemakaian kata-kata konotatif dalam puisi ” Kepada Peminta-minta” tersebut Bait Kepada Peminta-minta 1 Menyerahkan diri dan segala dosa baris 2 2 Nanti darahku menjadi beku baris 4 3 Nanah meleleh dari muka baris 1 4 Mengerang tiap kau memandang baris 2 5 Menghempas diri di bumi keras baris 2 6 Menyerahkan diri dan segala dosa baris 2 7 Nanti darahku menjadi beku baris 4 Citraan Citraan atau imagi imageri adalah gambaran angan yang timbul setelah seseorang membaca karya sastra dalam hal ini puisi. Imageri dapat kita pakai sebagai hal untuk memperkuat serta memperjelas daya bayang pikiran manusia dan nantinya akan menjelmakan gambaran nyata. Citraan yang terdapat dalam puisi “Kepada Peminta-minta” meliputi citraan penglihatan, citraan pendengaran, dan citraan gerak. Berikut ini citraan yang terdapat pada puisi tersebut Citraan Kepada Peminta-minta Penglihatan Nanti darahku jadi beku bait 1 & 5, baris 4 Telah tercacar semua di muka bait 2, baris 2 Nanah meleleh dari muka bait 2, baris 3 Sembarang kau merebah bait 3, baris 4 Pendengaran Bersuara tiap kau memandang bait 3, baris 1 Mengaum di telingaku bait 4, baris 4 Gerak Sambil berjalan kau usap jua bait 2, baris 4 Gaya bahasa Bahasa FiguratifDalam puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar terdapat bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ke 4 dan 21. Merupakan majas hiperbola yang bersifat berlebih-lebihan. Muncul majas hiperbola dari kata nanti darahku jadi beku. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris 1 dan 18. Terjadi pengulangan pada kata baik, dalam konteksnya yaitu baik, baik aku akan menghadap Dia. Verifikasi Verifikasi adalah berupa rima persamaan bunyi pada puisi, di awal, di tengah, dan di akhir; ritma tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya bunyi. Vertifikasi yang terdapat dalam puisi ”Kepada Peminta-minta” adalah bait pertama dan bait kelima. Majas Majas adalah cara penyair menjelaskan pikirannya melalui gaya bahasa yang indah dalam bentuk puisi. Gaya bahasa yang terdapat dalam puisi “Kepada Peminta-minta” adalah hiperbola. Berikut ini gaya bahasa hiperbola yang terdapat dalam puisi tersebut Gaya Bahasa Kepada Peminta-minta Hiperbola Nanti darahku jadi beku bait 1 dan 5, baris 4 Nanah meleleh dari muka bait 2, baris 3 Menghempas diri di bumi keras bait 4, baris 2 Mengaum di telingaku bait 4 baris 4 Amanat Amanat atau pesan adalah sesuatu yang ingin disampaikan penyair melalui karyanya. Amanat puisi “Kepada Peminta-minta” adalah ajakan penyair kepada pembaca agar tetap berusaha dalam mencari nafkah untuk dirinya sendiri serta keluarganya dan mencari pekerjaan yang lebih baik. C. Unsur Ekstrinsik Puisi “Kepada Peminta-minta” Biografi Pengarang Unsur biografi adalah latar belakang atau riwayat hidup Anwar dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" dari karyanya yang berjudul Aku, adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia. Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia sekarang Jakarta dengan ibunya pada tahun 1940, dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang Anwar dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis. Orang tuanya bercerai, dan ayahnya menikah lagi. Ia merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai bupati Inderagiri, Riau. Ia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu memanjakannya. Namun, Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apa pun; sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya. Chairil Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School HIS, sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO. Saat usianya mencapai 18 tahun, ia tidak lagi bersekolah. Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia telah bertekad menjadi seorang seniman. Pada usia 19 tahun, setelah perceraian orang tuanya, Chairil bersama ibunya pindah ke Batavia sekarang Jakarta dimana ia berkenalan dengan dunia sastra; walau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya. Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman. Chairil Anwar juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti Rainer Maria Rilke, Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, dan Edgar du Perron. Penulis-penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung terhadap tatanan kesusasteraan Indonesia. Semasa kecil di Medan, Chairil Anwar sangat dekat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil Anwar. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedihBukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya. Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam. Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah menikahinya. Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta pisah. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda. Tak lama setelah itu, pukul WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan Chairil memang pendek, 27 tahun. Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam menggeluti kesenian. Sikap inilah yang membuat anaknya, Evawani Chairil Anwar, seorang notaris di Bekasi, harus meminta maaf, saat mengenang kematian ayahnya, di tahun 1999, “Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang bertentangan dengan dunia Chairil Anwar.” Unsur nilai dalam cerita meliputi nilai ekonomi, politik, sosial, adat-istiadat, budaya, dan lain-lain. Nilai ekonomi adalah kita harus berusaha mencari nafkah dan pekerjaan yang lebih baik, buktinya tokoh aku menginginkan si pengemis mencari nafkah dengan cara yang lebih baik, sehingga si pengemis bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik daripada meminta-minta. Nilai sosial adalah kita sesama manusia harus saling membantu dan tolong menolong. Buktinya tokoh aku membantu si pengemis dengan cara memberikannya uang dan nasihat. Nilai politik adalah kita sebagai penerus bangsa harus menjadi orang yang memiliki kehidupan yang lebih baik untuk dirisendiri, Negara, dan bangsa. Buktinya tokoh aku ingin melihat Negara Indonesia menjadi maju dengan masyarakat yang terus berusaha mencari nafkah dengan pekerjaan yang lebih baik dan mengurangi tingkat populasi pengemis maupun gelandangan. Nilai agama adalah kita sebagai umat islam harus selalu berusaha dengan segenap kemampuan sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Allah SWT. Butinya tokoh aku tidak suka melihat seorang pengemis yang meminta-minta, sedangkan dalam agama Allah SWT menganjurkan umatnya untuk berusaha selama ia bisa melakukannya. Nilai budaya adalah kita sebagai generasi penerus harus melestarikan kebiasaan yang baik dan menjauhi kebiasaan yang buruk. Buktinya melakukan si pengemis akan menjadikan pekerjaan meminta-minta sebagai kebiasaan sehingga ia malas untuk berusaha. Nilai pendidikan adalah kita sebagai penerus bangsa harus berusaha dalam belajar agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan berkecukupan. Latar Belakang Puisi Pada puisi ”Kepada Peminta-minta” penyair menggambarkan bahwa ia merasa kecewa serta marah terhadap pengemis dan ia ingin si pengemis mencari nafkah dengan cara yang lebih baik, sehingga penyair menggambarkan perasaannya melalui puisi ini. Analisis Puisi Sajak Putih Karya Chairil Anwar SAJAK PUTIH Bersandar pada tari warna pelangiKau depanku bertudung sutra senjaDi hitam matamu kembang mawar dan melatiHarum rambutmu mengalun bergelut sendaSepi menyanyi, malam dalam mendoa tibaMeriak muka air kolam jiwaDan dalam dadaku memerdu laguMenarik menari seluruh akuHidup dari hidupku, pintu terbukaSelama matamu bagiku menengadahSelama kau darah mengalir dari lukaAntara kita Mati datang tidak membelah... Karya Chairil Anwar A. Unsur Intrinsik Struktur Fisik Puisi Diksi Diksi merupakan makna kiasan yang harus dipahami secara seksama dan menyeluruh, sepertiSajak merupakan kiasan suara hati si penyair, suara hati si aku. Putih mengiaskan ketulusan, kejujuran, dan keihklasan. Jadi, sajak putih berarti suara hati si aku yang sangat tulus dan bait I “Warna pelangi” adalah gambaran hati seorang pemuda yang sedang senang; “Bertudung sutra senja” yang dimaksud adalah pada sore hari; “Di hitam matamu kembang mawar dan melati” yang di maksud adalah bola matanya yang indah. Pada bait II “Sepi menyanyi” yang di maksud adalah memohon do’a kepada Allah; “Muka kolam air jiwa” yang di maksud adalah bersedih hati; “Dadaku memerdu lagu” yang di maksud adalah berkata dalam hati; “Menari seluruh aku” menggambarkan rasa kegembiraan. Pada bait III “Hidup dari hidupku, pintu terbuka” menggambarkan bahwa si aku merasa hidupnya penuh dengan kemungkinan dan ada jalan keluar; “Selama matamu bagiku menengadah” merupakan kiasan bahwa si gadis masih mencintai si aku, mau memandang wajah si aku; “Selama kau darah mengalir dari luka” yang di maksud adalah hidup si aku penuh harapan selama si gadis masih hidup wajar; “Antara kita Mati datang tidak membelah” menggambarkan sampai kematian tiba pun keduanya masih mencintai, dan tidak akan terpisahkan. Citraan Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi pembaca melalui ungkapan tidak langsung. Citraan visual penglihatan terlihat pada baris kedua dan kedelapan yaitu “Kau depanku dan menarik menari”. Citraan indera pencium terlihat pada bait keempat yaitu “Harum rambutmu”. Citraan indera pendengaran terlihat pada baris kelima yaitu “Sepi menyayi”. Kata-kata konkret Pada puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata konkret yang dapat membangkitkan citraan seperti penglihatan, penciuman, pendengaran. Kata-kata konkret tersebut sangat jelas menunjukan sikap tindakan baik dari penyair maupun dari pembaca. Kata-kata konkret tersebut bertujuan untuk menggambarkan unsur-unsur puisi secara tepat agar pembaca dapat merasakan keadaan yang dirasakan penyair. Gaya Bahasa Majas Dalam puisi “Sajak Putih” gaya bahasa majas yang muncul yaitu Pada baris ketiga bait pertama, yaitu “Dihitam matamu kembang mawar dan melati”, merupakan majas metafora yang bersifat membandingkan sesuatu secara langsung. Mawar dan melati yang mekar menggambarkan sesuatu yang indah dan menarik, biasanya mawar itu berwarna merah yang menggambarka cinta dan melati putih menggambarkan kesucian. Jadi dalam mata si gadis tampak cinta yang tulus, menarik, dan mengikat. Majas repetisi pada baris kesembilan bait ketiga, yaitu terjadi pengulangan kata, “Hidup dari hidupku”, menggambarkan bahwa si aku merasa hidupnya penuh dengan kemungkinan. Pada baris 1 bait 1 yaitu, “Tari warna pelangi” merupakan bahasa kiasan personifikasi yang menggambarkan benda mati dapat digambarkan seolah-olah hidup. “Rambutmu mengalun bergelut senda” juga menggunakan bahasa kiasan personifikasi. Dalam bait kedua baris pertama, “Sepi menyanyi” adalah personifikasi karena mereka berdua tidak berkata-kata, suasana begitu khusuk seperti waktu malam untuk mendoa tiba. Dalam keadaan diam itu, jiwa si akulah yang berteriak seperti air kolam kena angin. Majas Anatonomasia pada bait kesatu baris kedua yaitu, “Kau depanku bertudung sutra senja” yang menggunakan ciri fisik seseorang sebagai penggantinya. Rima dan ritma Puisi “Sajak Putih” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vokal /a/, /i/, dan /u/. Asonansi vokal /a/ terdapat pada baris puisi yaitu baris 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, dan 12. Misalnya Asonansi vokal a “Kau depanku bertudung sutra senja” baris kedua bait pertama. “Harum rambutmu mengalun bergelut senja” baris keempat bait pertama. Asonansi vokal i “Bersandar pada tali warna pelangi” bait pertama baris pertama.“Dihitam matamu kembang mawar dan melati” bait pertama baris ketiga. Dari asonansi vokal diatas dapat disimpulkan bahwa puisi ini mempunyai irama yang tepat dan beraturan yakni irama vokal i i a Batin Puisi Tema Tema dalam puisi “Sajak Putih” adalah “Percintaan”. Dalam puisi Sajak Putih menceritakan seorang gadis yang sangat cantik yang mempunyai cinta yang sangat tulus dan memikat terhadap seorang pria yang membuat pria tersebut merasa terharu dan tertarik terhadapnya. Tetapi kedua insan tersebut belum ada kesiapan untuk saling menyatakan perasaannya masing-masing, mereka hanya diam tanpa ada sepatah kata yang diucapakn, mereka hanya berbicara didalam hatinya masing–masing, tetapi si pria tersebut mempunyai banyak harapan bahwa gadis tersebut mencintainya. Kedua insan tersebut berjanji bahwa sampai kapanpun mereka tak akan terpisahkan. Perasaan Perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa bahagia karena kedua insan yang tadinya tidak mempunyai keberanian untuk saling menyatakan perasannya, tetapi pada akhirnya mereka mempunyai keberanian untuk saling menyatakaan perasaannya. Karena cinta yang dimiliki oleh kedua insan tersebut sangat tulus dan suci. Nada Nada yang ditunjukan dalam puisi “Sajak Putih” ini adalah kegembiraan dan kebahagiaan. Nada gembira dan bahagia ini muncul karena, rasa gembira seorang pria yang memiliki seorang gadis yang mempunyai cinta yang sangat tulus dan suci terhadapnya yang terlihat pada kata tali warna pelangi, sutra senja, menarik menari. Maka munculah benih-benih cinta diantara mereka. Unsur nada dalam puisi ini adalah optimis, dan nada optimis Hidup dari hidupku, pintu terbukaSelama matamu bagiku menengadah Unsur nada kesetiaan Selama kau darah mengalir dari lukaAntara kita Mati datang tidak membelah Amanat Dalam puisi ini amanat yang disampaikan oleh penyair adalah bahwa jika kita mencintai seseorang harus berani untuk menyatakaan perasaan kita masing-masing, menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan kita, dan berusahalah untuk selalu mencintai dan ada disisinya sampai hembusan nafas terakhirB. Unsur EkstrinsikSajak putih adalah sebuah puisi karya Chairil Anwar yang sarat akan nilai-nilai romantika. Ketulusan, kejujuran dan keikhlasan seorang pujangga dalam romantika cinta tersirat jelas di sini. Puisi ini menggambarkan ungkapan tulus perasaan penulis kepada kekasih yang sangat dipujanya pada pandangan puisi-puisinya yang lain, dalam sajak putih Chairil Anwar ini penulis memilih bersembunyi di balik metafora dan kiasan-kiasan. Dalam puisi ini, Chairil anwar menggambarkan gelora hati Aku’ terhadap seorang gadis yang mencuri hatinya dengan keindahan sore yang berpelangi. Begitu indah, menyenangkan namun juga mencemaskan karena akan berakhir senja yang sepi dan gelap. Perasaan cinta dalam sajak putih Chairil Anwar ini juga disembunyikan dalam kiasan indah. Bagaimana Chairil mengilustrasikan keindahan cinta dengan kembang mawar yang diharapkan bertemu dengan ketulusan hati si gadis yang diilustrasikan dengan melati, sangat indah dan menarik mencari dan menafsirkan teka-teki romantika cinta di balik puisi sajak putih Chairil Anwar Anwar selalu menyimpan semangat dan optimisme dalam puisinya, termasuk dalam sajak putih ini. Meski di bagian tengah puisi digambarkan bahwa romantika cinta antara Aku’ dan si gadis hanya sebatas kekaguman saat melihat satu sama lain, tidak ada pembicaraan cinta dan rayuan yang terucap, tidak ada janji bertemu di berikan, hanya tatapan mata yang menyiratkan kekaguman yang menjadi pegangan. Namun Aku’ tetap optimis bahwa ada masa yang akan mempersatukan mereka dalam kisah cinta yang suci. Akan ada harapan, demikian akhir yang dikiaskan oleh Chairil dalam puisi ini. Hal ini sangat terlihat pada cuplikan kalimat berikut “Selama matamu bagiku menengadah”.Begitulah ciri khas puisi-puisi Chairil Anwar. Selalu melahirkan semangat dan optimisme untuk menggapai harapan. Chairil seakan berpesan pada pembacanya, bahwa selalu ada harapan selama usaha dan doa bersanding dalam langkah kaki Makna Puisi “Sajak Putih”Dalam puisi sajak putih digambarkan gadis si aku pada suatu senja hari yang indah ia duduk dihadapan si aku. Ia besandar yang pada saat itu ada warna pelangi yaitu langit senja yang indah penuh dengan macam-macam warna. Gadis itu bertudung sutra diwaktu haru sudah senja. Sedangkan rambut gadis itu yang harum ditiup angin tampak seperti sedang bersenda gurau, dan dalam mata gadis yang hitam kelihatan bunga mawar dan melati yang mekar. Mawar dan melati yang mekar menggambarkan sesuatu yang indah dan menarik . Suasana pada saat itu sangat menyenangkan, menarik dan penuh keindahan yang membuat si aku haru dengan semua pertemuan kedua insan itu sepi menyanyi, malam dalam doa tiba yang menggambarkan tidak ada percakapan dari keduanya. Mereka hanya diam tanpa ada sepatah kata yang diucapkan seperti hanya ketika waktu berdoa. Hanya kata hati yang berkata dan tidak keluar suara. Kesepian itu mengakibatkan jiwa si aku bergerak seperti hanya permukaan kolam yang terisa air yang beriak tertiup angin. Dalam keadaan diam tanpa kata itu, didalam dada si aku terdengar lagu yang merdu yang menggambarkan kegembiraan. Rasa kegembiraan itu digambarkan dengan menari seluruh dari hidupku, pintu terbuka menggambarkan bahwa si aku merasa hidupnya penuh dengan kemungkinan dan ada jalan keluar serta masih ada harapan yang pasti bisa diwujudkan selama gadis kekasihnya masih menengadahkan mukanya ke si aku. Ini merupakan kiasan bahwa si gadis masih mencintai si aku, mau memandang kemuka si aku. Begitu juga hidup si aku penuh harapan selama si gadis masih hidup wajar, dikiaskan dengan darahnya yang masih mengalir dan luka, sampai kematian tiba pun keduanya masih mencintai, dan tidak akan terpisahkan. Sajak merupakan kiasan suara hati si penyair, suara hati si aku. Putih mengiaskan ketulusan kejujuran, dsan keihklasan. Jadi sajak putih berarti suara hati si aku yang sangat tulus dan jujur.

Analisis Makna Puisi Kerawang Bekasi Karya Chairil Anwar. April 28, 2022 Posting Komentar. Puisi. Kami yang kini terbaring antara Karawang – Bekasi. Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi. Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami. pb6tGAV.
  • 1iufmmdy15.pages.dev/396
  • 1iufmmdy15.pages.dev/545
  • 1iufmmdy15.pages.dev/132
  • 1iufmmdy15.pages.dev/806
  • 1iufmmdy15.pages.dev/712
  • 1iufmmdy15.pages.dev/59
  • 1iufmmdy15.pages.dev/502
  • 1iufmmdy15.pages.dev/458
  • 1iufmmdy15.pages.dev/590
  • 1iufmmdy15.pages.dev/71
  • 1iufmmdy15.pages.dev/915
  • 1iufmmdy15.pages.dev/866
  • 1iufmmdy15.pages.dev/569
  • 1iufmmdy15.pages.dev/908
  • 1iufmmdy15.pages.dev/318
  • puisi hampa karya chairil anwar