sertasaran dan masukkan tentang pengetahuan sejarah dalam perancangan novel grafis bertemakan sejarah. 6. Kepada Drs.Martadi, M.Sn. selaku narasumber yang memberikan
GayaBahasa (Majas) disebut juga “langgam, corak, bentuk, atau style bahasa” yaitu cara yang digunakan oleh si pengarang untuk mengungkapkan maksud dan dan tujuannya baik dalam bentuk kata, kelompok kata, atau kalimat. Sedangkan sejarah yang ditulis pada masa kini ialah sama persis dengan kejadian sebenarnya dan dapat dibuktikan denganOrigin is unreachable Error code 523 2023-06-15 001809 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d76a246bced0b40 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Kitaharus sadar bahwa pengetahuan kita itu terbatas, dan mencari referensi sebelum menulis menjadi suatu kewajiban. 3. Membuat Kerangka. Tujuannya membantu artikelmu untuk tetap pada jalurnya. 4. Menentukan gaya bahasa. Gaya penulisan artikel opini yang kamu pilih harus sesuai dengan media yang akan kamu target. 5. Tutup dengan pendapat.
Unsur Intrinsik Novel – Grameds pasti sudah tidak asing lagi dengan keberadaan novel? Atau bahkan Grameds termasuk salah satu penggemar novel dengan genre apapun, baik itu novel berbahasa Indonesia maupun novel terjemahan? Novel dengan genre apapun itu, baik dalam bahasa Indonesia maupun terjemahan pasti memiliki unsur intrinsik sekaligus ekstrinsik. Yap, segala jenis karya fiksi tentu saja memiliki unsur-unsur pembangunnya, tak terkecuali pada sebuah novel. Unsur-unsur intrinsik novel ini kurang lebih memang hampir sama dengan unsur intrinsik cerita pendek, sebab keduanya sama-sama produk dari sebuah prosa. Unsur-unsur pembangun dalam sebuah novel ini nantinya akan dihubungkan secara erat melalui penyampaian ceritanya yakni dilakukan oleh sang novelis. Jika sebuah novel itu sering disebut-sebut “totalitas”, maka itu berarti kata dan bahasa yang digunakan di dalamnya menjadi kunci pada ketotalitasan atas keberadaan novel tersebut. Lalu sebenarnya, apa sih unsur intrinsik novel itu? Apa saja unsur-unsur intrinsik alias unsur pembangun dalam sebuah novel? Nah, supaya Grameds memahami akan hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini! Apa Bedanya Novel dengan Cerita Pendek?Apa yang Dimaksud Unsur Intrinsik Novel?Apa Saja Unsur Intrinsik Novel?1. TemaKeterpaduan Tema dengan Unsur LainnyaPenggolongan Tema Novelb Penggolongan Tema Menurut Shipley2. Plot atau Alur CeritaKaidah Dalam PlotTahap-Tahap Dalam Plot3. Tokoh dan PenokohanKlasifikasi Tokoh4. Latar5. Sudut PandangKlasifikasi Sudut Pandang6. Gaya Bahasa7. Moral Apa Bedanya Novel dengan Cerita Pendek? Novel dan cerita pendek itu sama-sama bentuk dari karya sastra prosa yang kerap disebut dengan fiksi. Istilah “novel” ini berasal dari Bahasa Italia yakni kata “novella” yang berarti cerita pendek dalam bentuk prosa’. Meskipun sebenarnya, novel dan novelet itu ternyata memiliki perbedaan, yakni pada novelet merupakan sebuah karya fiksi dengan panjang yang kecukupan, artinya tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak terlalu pendek. Perbedaan novel dengan cerita pendek dapat dilihat dari segi formalitas bentuknya lho, yakni pada panjang cerita. Yap, dalam sebuah cerita pendek alias cerpen ini biasanya memiliki panjang cerita yang rata-rata, seolah dapat selesai dibaca dalam sekali duduk saja kira-kira dua jam. Sementara pada novel, biasanya memiliki ratusan halaman sehingga terlalu susah untuk menyelesaikannya hanya dalam waktu dua jam saja, bahkan bisa sampai berhari-hari. Berhubung panjang cerita pada novel dan cerpen ini berbeda, maka itu berarti proses penjabaran ceritanya juga berbeda. Novel lebih dapat mengemukakan isi cerita secara bebas, lebih detail, lebih rinci supaya pembaca dapat memiliki imajinasi mendetail. Sementara pada cerpen, proses mengemukakan isi ceritanya terbatas, hanya diceritakan pada plot pentingnya saja. Namun meskipun demikian, sebuah cerpen justru “menuntut” adanya kesatupaduan dalam unsur-unsurnya yang lebih padat. Meskipun keduanya berbeda, tetap saja masing-masing dari karya fiksi tersebut memiliki kelebihan. Kelebihan novel yang khas adalah kemampuannya untuk menyampaikan plot cerita atau permasalahan yang dialami oleh tokoh hingga tahap penyelesaian masalah secara kompleks dan penuh. Sementara pada cerpen, kemampuannya dalam mengemukakan plot cerita lebih padat dan hanya berpusat pada permasalahan tokoh saja. Apa yang Dimaksud Unsur Intrinsik Novel? Dalam sebuah karya fiksi, supaya dapat menjadi cerita yang utuh dan “jadi”, maka diperlukan unsur-unsur pembangun. Semua karya fiksi, sejatinya akan menampilkan keadaan dunia melalui kata-kata, sehingga unsur-unsur pembangun tersebut dijabarkan melalui kata-kata yang dikreasikan oleh sang pengarang. Unsur-unsur pembangun dalam sebuah novel dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri secara langsung. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan sebuah teks dapat hadir sebagai suatu teks sastra. Keterpaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel dapat berwujud. Unsur-unsur yang dimaksud tersebut adalah tema, plot, latar, penokohan, sudut pandang penceritaan, gaya bahasa, moral, dan lainnya. Apa Saja Unsur Intrinsik Novel? 1. Tema Pada dasarnya, tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan bersifat abstrak yang secara berulang-ulang dimunculkan melalui unsur-unsur intrinsik alias secara implisit. Untuk menemukan keberadaan tema dalam sebuah novel, itu harus disimpulkan dari adanya keseluruhan cerita, tidak hanya pada bagian-bagian tertentu saja. Memang keberadaannya seolah “disembunyikan” sebab terlalu abstrak untuk ditemukan. Meskipun tak jarang, kerap ditemukan adanya kalimat atau paragraf tertentu yang menyatakan tema pokok dari novel tersebut. Biasanya, tema dapat berupa sosial, sejarah, petualangan, cinta, dan lain-lain. Tema pada novel umumnya akan mengangkat masalah kehidupan tertentu yang bersifat universal. Maksudnya, tema tersebut telah atau akan dialami oleh setiap orang di belahan dunia manapun. Novel kerap kali memilih berbagai permasalahan kehidupan atas adanya pengalaman individu maupun kelompok, sebut saja masalah cinta yang mencangkup cinta terhadap kekasih, orang tua, maupun sahabat. Pemilihan tema-tema tersebut bersifat subjektif yang nantinya akan diolah dengan daya imajinatif sang pengarang. Keterpaduan Tema dengan Unsur Lainnya Keberadaan tema berfungsi untuk mengikat unsur-unsur lainnya supaya mengikat menjadi satu keterpaduan yang utuh. Keterpaduan tersebut akan diuraikan secara singkat pada berikut ini. Tema dengan Plot, yakni ketika pembaca menafsirkan tema dalam novel tersebut memerlukan informasi yang ada di plot. Tema dengan Latar, yakni pemilihan tema akan mempengaruhi pemilihan latar pula. Bahkan beberapa pengarang ketika sudah memiliki sebuah tema tertentu, tema tersebut nantinya akan menuntut pemilihan latar yang sesuai. Apabila pemilihan latar ini kurang sesuai, maka akan berpengaruh pada unsur tokoh sehingga menyebabkan cerita menjadi kurang meyakinkan. Tema dengan Tokoh. Hubungan keterpaduan dua unsur tersebut saling berpengaruh satu sama lain, sebab pengembangan tokoh dan penokohan juga harus disesuaikan pada tema cerita. Penggolongan Tema Novel a Tema Tradisional dan Non-Tradisional Tema tradisional artinya adalah tema dalam sebuah novel yang terkesan “itu-itu” saja. Maksudnya, penggunaan tema tertentu yang selalu diterapkan dalam novel apapun sehingga menyebabkan pembaca dapat dengan mudah untuk menebak plot cerita sekaligus ending-nya. Meskipun begitu, keberadaan tema tradisional ini justru digemari oleh kelompok sosial tertentu sehingga eksistensinya akan “awet” hingga sekarang. Contohnya adalah cerita mengenai cinta sejati yang membutuhkan pengorbanan, cerita tentang kebaikan akan selalu menang jika melawan kejahatan, dan lainnya. Sementara itu tema non-tradisional adalah tema yang tidak begitu lazim ada dalam suatu novel, sehingga tak jarang plot ceritanya akan tidak sesuai dengan harapan pembaca sebab terlalu “melawan arus” atas adanya kebanyakan tema. Misalnya, kita kerap membaca novel dengan tokoh protagonis akan menang pada akhir cerita, lalu tiba-tiba di sebuah novel tertentu justru tokoh antagonis yang menang. Hal tersebut tentu saja membuat kita berpikir bahwa plot-nya aneh. b Penggolongan Tema Menurut Shipley Tema tingkat fisik, yakni ditunjukkan pada banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan tokoh dalam karya fiksi. Singkatnya, konflik yang dialami tokoh kebanyakan berupa aktivitas fisik dibandingkan kejiwaan. Tema tingkat organik, yakni ditunjukkan banyaknya permasalahan seksualitas atau hubungan seksual antar tokohnya. Contoh pengkhianatan suami-istri atau skandal seksual. Contoh novel Saman Ayu Utami. Tema tingkat sosial, yakni ditunjukkan dengan banyaknya permasalahan sosial di sepanjang cerita. Masalah sosial ini dapat berupa masalah ekonomi, politik, ekonomi, kebudayaan, hingga cinta kasih antarsesama. Contoh novel Ayat-Ayat Cinta, dan Laskar Pelangi. Tema tingkat egois, yakni menganggap bahwa manusia sebagai individu yang menuntut hak individualismenya. Contoh tentang jati diri, citra diri, hingga kepribadian seseorang. Contoh novel Atheis dan Jalan Tak Ada Ujung. Tema tingkat divine, yakni ditunjukkan dengan konflik seputar tokoh sebagai manusia dengan Sang Pencipta. Contoh novel Dalam Mihrab Cinta. 2. Plot atau Alur Cerita Plot mengandung unsur jalannya cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokohnya hingga pada proses penyelesaian konfliknya. Plot lebih tepat disebut dengan rangkaian peristiwa. Menurut Stanton 1965, plot adalah cerita yang berisikan urutan kejadian, yang pada setiap kejadiannya dapat dihubungkan secara sebab-akibat. Meskipun demikian, menurut Abrams 1999 menyatakan bahwa plot berbeda dengan cerita, sebab plot sejatinya adalah struktur peristiwa-peristiwa secara urut dalam sebuah karya fiksi. Kaidah Dalam Plot Menurut Kenny 1966, sebuah plot dalam karya fiksi memiliki kaidahnya tersendiri, yakni Plausibilitas, yakni sebuah plot harus dapat dipercaya sesuai dengan logika pembaca. Biasanya akan dikaitkan dengan realitas kehidupan di dunia nyata. Meskipun berupa karya fiksi, tetapi alur cerita juga harus masuk akal ya… Suspense, yakni mampu membangkitkan rasa keingintahuan pada pembaca supaya bersedia untuk membacanya hingga akhir cerita. Surprise, yakni mampu memberikan kejutan pada pembaca pada alur ceritanya, seolah tidak dapat ditebak oleh pembaca. Kesatupaduan, yakni peristiwa-peristiwa dalam alur cerita harus bersifat kesatupaduan secara utuh. Seluruh aspek yang diceritakan harus terjalin secara baik dan mendukung aspek satu sama lain. Tahap-Tahap Dalam Plot Tahap awal, biasanya akan berupa pengenalan tokoh seolah mengajak pembaca untuk berkenalan pada tokoh-tokoh yang hendak “berlakon” di sepanjang alur cerita. Tidak hanya tokoh saja, tetapi juga pengenalan pada latarnya juga. Tahap tengah, biasanya akan menampilkan awal konflik atau pertikaian. Nantinya, sang pengarang akan mengembangkan konflik tersebut sesuai dengan daya imajinasinya dengan memperhatikan kaidah dalam plot. Tahap akhir, biasanya akan menceritakan proses penyelesaian masalah beserta bagaimana akhir cerita apakah si tokoh akan bahagia atau sedih. 3. Tokoh dan Penokohan Menurut Abrams, tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam sebuah karya fiksi yang akan diekspresikan dalam ucapan dan tindakan. Sementara istilah “penokohan” justru lebih luas maknanya yakni mencakup siapa nama dalam tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan bagaimana penggambarannya dalam karya fiksi tersebut sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Klasifikasi Tokoh Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Tokoh utama adalah yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai oleh kejadian. Bahkan dalam novel-novel tertentu, tokoh utama selalu hadir dalam setiap halaman buku novelnya. Berhubung tokoh utama ini menjadi sosok yang paling banyak diceritakan, maka itu berarti dirinya juga akan berpengaruh pada perkembangan plot cerita. Sementara itu, tokoh tambahan adalah tokoh yang membantu tokoh utama di sepanjang alur cerita, bahkan tak jarang keberadaannya diabaikan oleh pembaca karena tidak terlalu berpengaruh pada alur. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis Biasanya, tokoh protagonis digambarkan sebagai tokoh baik dan tokoh antagonis adalah tokoh jahat. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah ya… Tokoh protagonis adalah tokoh yang penggambarannya sesuai dengan pandangan dan harapan pembaca. Permasalahan yang dialami tokoh protagonis seolah relate dengan permasalahan pembaca sehingga kebanyakan akan mendapatkan empati dari pembaca. Sementara tokoh antagonis adalah sosok yang menentang keberadaan tokoh protagonis, baik dari segi ucapan hingga perbuatan. Meskipun terlihat “jahat”, tetapi keberadaan tokoh antagonis ini justru akan membuat alur cerita menjadi lebih seru dan menarik. Contohnya keberadaan tokoh Lord Voldemort pada novel Harry Potter. Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat Klasifikasi tokoh ini berdasarkan pada perwatakannya. Tokoh sederhana adalah tokoh yang memiliki satu kualitas pribadi dan watak tertentu saja. Sifat, sikap, dan tingkah laku pada tokoh sederhana ini terkesan datar dan monoton. Sementara tokoh bulat adalah yang memiliki kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati diri yang lain. Tak jarang, tokoh bulat ini memiliki watak tertentu yang sulit diduga. Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang Tokoh statis adalah tokoh cerita yang tidak mengalami perubahan atau perkembangan pada perwatakannya sebagai sebab-akibat dari peristiwa yang telah terjadi. Maka dari itu, tokoh statis ini memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, dengan tidak adanya perkembangan sejak awal hingga akhir cerita. Sementara tokoh berkembang developing character adalah tokoh yang mengalami perubahan dan perkembangan pada perwatakannya sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot cerita. Tokoh ini cenderung aktif berinteraksi dengan lingkungannya sehingga akan mempengaruhi wataknya. Biasanya perkembangan watak tersebut disesuaikan dengan tuntutan logika cerita secara keseluruhan. Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral Klasifikasi tokoh ini didasarkan pada pencerminan tokoh cerita terhadap manusia dalam kehidupan nyata. Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit menampilkan keadaan individualitasnya dan lebih banyak menonjolkan kualitas kebersamaannya dengan individu lain. Sementara itu, tokoh netral adalah tokoh yang semata-mata dihadirkan demi cerita saja. Singkatnya, tokoh netral ini tidak mempresentasikan manusia dalam dunia nyata. 4. Latar Latar dalam karya fiksi itu tidak hanya sekadar menunjukkan lokasi dan waktu tertentu akan terjadinya sebuah peristiwa, melainkan dapat pula terwujud berupa adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku. Latar dalam sebuah alur novel memiliki beragam macamnya, yakni Latar Fisik dan Latar Spiritual Latar fisik adalah latar yang jelas menunjukkan lokasi tertentu yang dapat dilihat dan dirasakan kehadirannya. Misal di pasar, di aula sekolah, di gedung rapat, dan lainnya. Penunjukkan latar fisik dalam karya fiksi dapat dilakukan bergantung pada kreativitas pengarang. Ada yang secara rinci, ada pula yang sekadar menunjukkan begitu saja. Sementara itu, latar spiritual adalah nilai-nilai yang melingkupi pada latar fisik. Jadi, keberadaan latar fisik dan latar spiritual ini berhubungan satu sama lain. Latar Netral dan Latar Fungsional Latar netral adalah penunjukkan latar yang hanya sekadar disebut saja tanpa mendeskripsikan sifat khas tertentu dari lokasi atau waktu kejadiannya. Kemungkinan, sang pengarang sengaja tidak berniat untuk menonjolkan unsur latar dalam karya fiksinya, sehingga hanya menggunakan latar netral ini. Sementara itu, latar fungsional adalah latar yang menonjolkan sifat khas dari latar tertentu, baik menyangkut unsur tempat, waktu, maupun sosial-budaya. Biasanya, latar fungsional ini akan dideskripsikan secara detail mengenai bagaimana lingkungan sosialnya. 5. Sudut Pandang Sudut pandang atau point of view adalah cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan sebuah karya fiksi kepada pembaca. Dengan demikian, sudut pandang ini akan berkenaan dengan strategi, teknik, dan siasat yang sengaja dipilih oleh pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Klasifikasi Sudut Pandang Sudut Pandang Persona Ketiga “Dia” Yakni pengisahan karya fiksinya menggunakan kata “dia” untuk merujuk pada tokoh utamanya. Biasanya, ditandai dengan penggunaan nama tokoh tersebut sepanjang menceritakan alur ceritanya. Misalnya pada novel Ronggeng Dukung Paruk, yang menggunakan nama “Srintil” sebagai bentuk sudut pandang persona ketiga. Sudut Pandang Persona Pertama “Aku” Yakni pengisahan karya fiksinya menggunakan kata “aku” sebagai seseorang yang terlibat langsung dalam alur cerita. Si “Aku” ini menjadi tokoh yang berkisah, baik itu mengisahkan dirinya sendiri maupun orang lain kepada pembaca. Sudut pandang ini memiliki dua jenis yakni “aku” sebagai tokoh utama dan “aku” sebagai tokoh tambahan. Sudut Pandang Persona Kedua “Kau” Sebenarnya, penggunaan sudut pandang ini jarang digunakan oleh karya fiksi manapun. Biasanya, hanya sekadar selingan dari gaya bahasa saja. Penggunaan sudut pandang “Kau” ini dapat ditemukan dalam novel Suami karya Eddy Suhendro dan novel Burung-Burung Manyar. Sudut Pandang Campuran Yakni ketika pengarang mengisahkan karya fiksinya menggunakan sudut pandang secara berganti-ganti. 6. Gaya Bahasa Gaya bahasa dalam novel ini biasanya akan menjadikan alur cerita nampak menarik sebab disampaikan dengan cara yang unik. Bahkan gaya bahasa ini nyatanya mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan dari ejaan bahasanya. Pemilihan diksi, struktur kalimat, hingga penggunaan kohesi juga termasuk dalam gaya bahasa ini. Tidak hanya itu saja, penggunaan majas juga menjadi bagian dari gaya bahasa. 7. Moral Moral adalah sesuatu yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, biasanya bentuknya sangat implisit. Berhubung karya sastra itu adalah bersifat mendidik atau edukatif, sehingga setiap karya sastra haruslah memiliki moral yang mengedukasi pembacanya. Moral ini cenderung berhubungan dengan pesan atau amanat yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Nah, itulah uraian mengenai unsur-unsur intrinsik novel. Apakah Grameds sering menyadari unsur-unsur ini ketika membaca sebuah novel? Sumber Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Baca Juga! 10 Jenis Novel, Apa Favoritmu? 8 Perbedaan Novel dan Cerpen Dari Berbagai Sisi Pengertian Unsur Ekstrinsik Dalam Novel dan Cerpen Mengenal Cerita Fiksi dan Non Fiksi Cerpen vs Novel, Apa Bedanya? Perbedaan Antara Unsur Buku Fiksi dan Non Fiksi Penggunaan Tanda Baca yang Baik dan Benar Apa Itu Sastra Populer? Pengertian Majas Metafora dan Contohnya Pengertian dan Periodisasi Perkembangan Sastra di Indonesia Mengenal Teori dan Sejarah Sastra ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
Tidaksemua karya sastra yang pernah terbit dijadikan bahan penyelidikan sejarah sastra, tetapi terbatas pada sejumlah karya sastra tertentu. tentang unsur-unsur suatu novel, misalnya tema, plot, gaya bahasa, perwatakan, setting, sudut pandang cerita (point of view), dan sebagainya. Demikian juga jika kita hendak mengadakan suatu analisis Daftar isi1. Penggunaan Konjungsi Temporal2. Penggunaan Nomina / Kata Benda3. Penggunaan Verba4. Penggunaan NominalisasiNovel berasal dari bahasa Italia yang artinya secara harfiah adalah “sebuah barang baru yang kecil” yang kemudian berubah arti menjadi “cerita pendek dalam bentuk prosa”. Dalam bahasa Latin berasal dari kata Novellus’ yang diturunkan dari kata noveis’ yang berarti baru’. Novel dikatakan baru karena jika dibandingkan dengan jenis karya sastra lainnya, novel baru muncul merupakan cerita fiktif yang berusaha menggambarkan tokoh – tokoh didalamnya menggunakan alur, dan tidak hanya sebagai cerita khayalan semata tetapi juga mengandung sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh pengarang berdasarkan realita atau fenomena yang dua jenis novel yaitu novel populer yang penulisannya mengikuti selera pembaca, dan novel serius yang kerap dianggap sebagai jenis karya sastra yang pantas dibicarakan dalam sejarah sejarah merupakan sebuah karya sastra yang didalamnya terdapat penjelasan dan penceritaan mengenai fakta kejadian di masa lalu yang menjadi asal usul atau latar belakang terjadinya situasi yang memiliki nilai tentu di dalam novel sejarah tersebut terkandung teks yang menggambarkan mengenai sejarah. Novel sejarah bisa bersifat paragraf naratif atau deskriptif dan disajikan dengan daya khayal yang membutuhkan pengetahuan luas dari kebahasaan yang terdapat pada novel sejarah dan menjadi panduan dalam menyusun gaya bahasa dalam novel sejarah yaitu1. Penggunaan Konjungsi TemporalPada gaya bahasa dalam novel sejarah banyak menggunakan konjungsi temporal yaitu kata hubung yang menghubungkan dua kejadian atau peristiwa tertentu. Konjungsi temporal terbagi menjadi beberapa jenis yaituKonjungsi temporal yang menghubungkan dua hal yang sederajat apabila, bilamana, demi, hingga, ketika, sejak, selama, semenjak, sementara, tatkala, waktu, setelah, sesudah dan sebagainya. Contoh Krisna sedang mencuci piring setelah ia menyapu temporal yang menghubungkan dua kalimat sederajat setelahnya dan sesudahnya. Contoh Krisna mencuci piring, sesudahnya ia menyapu Penggunaan Nomina / Kata BendaNomina dibagi menjadi tiga kelompok yaituNomina modifikatifNomina yang memberi pembatasan pada kata bendanya dua botol, ruang makan, rumah mungil. Contoh Sebagai anak baru di kantor ini, aku menjalani bulan pertama bekerja dengan koordinatifMerupakan kata benda saling menerangkan sandang pangan, lahir batin, hak dan kewajiban, sarana prasarana, adil makmur dan lainnya. Contoh Aku sudah siap lahir batin untuk menikah dengan pria yang dijodohkan orang apositifNomina berfungsi sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan pergi berlibur ke Amerika, teman sekamarku, Andin, sahabat kakakku, Zoya, dan lainnya. Contoh Bandung, Jawa Barat saat ini menghadapi masalah kemacetan yang belum kunjung Penggunaan VerbaVerba menjadi gaya bahasa dalam novel sejarah yang sama halnya dengan kelompok nomina, verba dibagi menjadi beberapa kelompok yaituVerba modifikatifKelompok verbal yang membatasi arti verbal bersangkutan. Kata kerja yang sebelumnya bersifat umum dibatasi menjadi bersifat khusus. Contoh Misalnya dalam kata kerja’, verba modifikatifnya adalah kerja rodi, kerja keras, kerja lembur, capek koordinatifPenggabungan kata – kata dalam verbal koordinatif bersifat tidak saling menerangkan atau bertolak belakang. Biasanya disatukan menggunakan kata penghubung dan’ serta atau’. Contoh Ibu mencuci dan menjemur selimut yang terkena ompol apositifKelompok verbal berupa keterangan yang ditambahkan atau disisipkan. Contoh Usaha kakakku berdagang gitar’ rupanya memberi penghasilan yang lumayan Penggunaan NominalisasiNominalisasi adalah proses pembentukan nomina atau kata benda yang berasal dari kelas lain menggunakan istilah tertentu yang biasanya sering digunakan pada bahasa yang menjelaskan penceritaan ulang. Pemberian imbuhan yang biasanya dilakukan dalam pembentukan nomina adalahSufiks atau akhiran akhiran an, at, si, isme, is, or, tas. Contoh Aku sangat menggemari manisan buatan atau awalan pe, se, ke, dan lainnya. Contoh Saya sekantor dengan calon atau gabungan awalan dan akhiran ke-an, pe-an, per-an. Contoh kalimat yang mengandung kata pengaturan, pertunjukan, kebiasaan, kekayaan, kekaguman, dan atau sisipan el dan er. Contoh kalimat yang mengandung kata sisipan seperti gelembung, seruling, telunjuk, dan Dalam Teks SejarahAturan mengenai teks yang menjadi bagian dari gaya bahasa dalam novel sejarah biasanya selalu melibatkan beberapa hal berikutPronomina atau kata ganti – Pronomina adalah kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai seseorang atau sesuatu secara tidak langsung. Contoh Aku adalah anak ketiga dari empat Adverbial – Frasa yang didalamnya menggunakan kata depan pada unsur pembentukannya. Contoh Ayahku kesulitan mengangkat kursi yang agak besar itu tanpa bantuan Material – Kata kerja berimbuhan yang berfungsi untuk menunjukkan aktivitas atau perbuatan nyata. Kata kerja ini menunjukkan perbuatan fisik atau suatu peristiwa misal menulis, memasak, membaca dan sebagainya. Contoh Ibu memasak nasi di Temporal – Kata sambung waktu yang berguna untuk menata urutan – urutan peristiwa yang diceritakan dalam novel dan banyak digunakan dalam novel sejarah. Contoh Tentara itu mengokang senjatanya, setelahnya ia menembak ke arah dalam cerita sejarah secara umum bisa dibedakan menjadi cerita sejarah fiksi atau tidak nyata dengan menggunakan macam – macam gaya bahasa dalam perlu mengetahui kalimat majemuk, alinea dan juga kalimat efektif untuk dapat menyusun sebuah novel ceritanya didasarkan pada kisah dunia nyata berdasarkan sudut pandang pribadi sang pengarang. Karakter tokoh cerita juga tidak digambarkan bahasa dalam novel sejarah termasuk ke dalam cerita sejarah fiksi, seperti juga ada pada unsur instrinsik novel singkat dan cerita cerita sejarah non fiksi adalah cerita sejarah yang menceritakan peristiwa yang nyata atau pernah terjadi, seperti biograf, autobiografi, cerita sejarah dan bahasa dalam novel sejarah yang baik adalah;Dapat menggambarkan detail sejarah secara lugas dan ringkas,Dapat mengembangkan makna dari kata yang digunakan,Memperindah dan memperpanjang jalan cerita,Memunculkan ide baru dalam bingkai tema yang sama dan menumbuhkan semangat untuk membaca secara terus menerus mengenai novel sejarah merupakan sebuah novel yang ceritanya berpusat pada masa lalu untuk menghidupkan keadaan yang terwujud pada masa itu. Banyak novel sejarah memasukkan tokoh – tokoh sejarah sebagai tokoh utama atau tokoh sampingan di sejarah kerap digolongkan kepada novel serius, karena bagaimanapun novel sejarah baik itu fiksi dan non fiksi tetap didasarkan pada kisah sejarah tertentu yang dekat dengan fakta beserta unsur intrinsik nya dan mengandung jenis -paragraf narasi.tersebut menghadirkannya dengan gaya bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca, sehingga dapat diterima oleh pembaca. Kajian historis digunakan untuk mencocokan peristiwa yang
Pahamifren sudah pernah baca novel sejarah belum? Novel sejarah bisa membantu kita mempelajari sejarah lewat cara yang menyenangkan lho. Kaidah kebahasaan novel sejarah dengan alur yang bertutur, membuat siapapun yang membacanya terbawa cerita yang disajikan pada materi Bahasa Indonesia kelas 12 kali ini, Pahamify Blog mengajak kamu mempelajari tentang pengertian teks sejarah, termasuk kaidah kebahasaan novel sejarah. Kamu simak artikel ini baik-baik ya, Pahamifren. Novel sejarah adalah karya sastra yang menceritakan mengenai fakta-fakta kejadian di masa lalu, yang berisi peristiwa bernilai sejarah. Walaupun mengulas fakta-fakta dalam sejarah, novel sejarah juga berisi hal-hal yang berasal dari imajinasi kaidah kebahasaan novel sejarah pun disusun sedemikian rupa agar mengedukasi sekaligus menghibur pembacanya. Teks dalam novel sejarah pun berbeda pengertiannya dengan teks sejarah ya dilihat dari tujuannya. pengertian teks sejarah adalah teks yang menjelaskan fakta-fakta dari kejadian masa lalu, yang menjadi latar belakang terjadinya peristiwa bersejarah. Teks sejarah memiliki aturan yang ketat dalam pengungkapan sejarah karena harus sesuai dengan fakta-fakta kejadian bersejarah. Sementara novel sejarah, hanya berlatar belakang peristiwa sejatah dan tidak harus bersandar pada fakta-fakta sejarah. Hal ini terlihat dari tulisan imajinatif, penggunaan prosa fiksi hingga penokohan dan latar belakang peristiwa yang ditulis dengan gaya novel. Penulis novel sejarah lebih bebas mengonstruksi jalinan cerita sesuai bersifat imajinasi, banyak latar belakang kisah masa lalu yang diceritakan kembali. Inilah yang membuat sebuah novel dikatakan sebagai karya tulis bermuatan sejarah. Contohnya seperti novel karya Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia. Pramoedya mengusung latar belakang Indonesia di masa pemerintahan Hindia Belanda pada novel ditelaah lebih jauh, Pramoedya menggunakan unsur sejarah yang kental untuk menceritakan berbagai dimensi kehidupan tokoh-tokoh sejarah dalam novelnya, misalnya kehidupan masyarakat pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda, tragedi atau peristiwa yang terjadi di era tersebut, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, novel sejarah bisa dikategorikan sebagai novel rekon ulang imajinatif. Selain Bumi Manusia, contoh dari novel rekon imajinatif adalah pentalogi novel “Gajah Mada” karya Langit Kresna Hariadi, atau novel “Roro Mendut” karya Mangunwijaya. Pada dasarnya, struktur novel sejarah sama saja dengan novel-novel pada umumnya. Untuk memudahkan, kali ini, Pahamify Blog menggunakan novel “Gajah Mada Perang Bubat” karya Langit Kresna Hariadi sebagai penjelasan strukturnya, antara lainOrientasi exposition Tahap orientasi atau exposition ini seringkali disebut juga sebagai tahap pengenalan situasi cerita. Tahap ini berfungsi untuk memberikan gambaran dan konteks cerita dalam novel kepada para pembaca. Makanya, dalam tahap orientasi, pengarang mulai mengenalkan para tokoh, hubungan antar tokoh dan latar cerita berlangsung. Misalnya latar waktu, latar peristiwa, dan latar tempat. Dalam novel “Gajah Mada Perang Bubat”, bagian orientasi novelnya bermula pada aat pengarang mengenalkan para tokoh utama novel tersebut, seperti Raja Hayamwuruk, Panglima Gajah Mada, Putri Dyah Pitaloka, hingga bagaimana kehidupan mereka di Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda Peristiwa Pada tahap pengungkapan peristiwa, pengarang mulai menceritakan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, kesukaran, dan pertentangan yang dihadapi oleh para tokoh novel. Tahap pengungkapan peristiwa dalam novel “Gajah Mada Perang Bubat” terjadi pada saat Raja Hayamwuruk mempunyai keinginan untuk melamar Putri Dyah Pitaloka, sementara di sisi lain, Gajah Mada ingin menyatukan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda Konflik Rising Conflict Pada tahap peningkatan konflik, pengarang mulai meningkatkan perhatian pembaca atas masalah-masalah yang dihadapi para tokoh novel. Tahap ini sering disebut sebagai rising conflict. Peningkatan konflik dalam novel “Gajah Mada Perang Bubat” terjadi saat Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda Galuh berjanji untuk bertemu. Tujuannya agar Raja Sunda Galuh dapat menyerahkan Putri Dyah Pitaloka ke Raja Hayamwuruk. Namun, setelah itu terjadi kesalah pahaman antara Raja Sunda Galuh dengan utusan Majapahit, Patih Gajah Konflik Klimaks Puncak konflik atau klimaks adalah bagian paling seru dan mendebarkan dalam sebuah novel. Pada tahapan ini pengarang akan menceritakan nasib tokohnya, apakah tokoh novelnya berhasil atau gagal menyelesaikan masalah-masalahnya. Nah, kalau dalam novel “Gajah Mada Perang Bubat”, puncak konflik terjadi saat kesalahpahaman yang terjadi antara Raja Sunda Galuh dengan Gajah Mada akhirnya memicu terjadinya perang antara Kerajaan Sunda Galuh dan Kerajaan Majapahit. Perang tersebut dinamakan Perang Bubat. Adegan Perang Bubat inilah yang disebut sebagai puncak konflik dalam novel “Gajah Mada Perang Bubat”.Penyelesaian Resolusi Sesuai dengan namanya, tahapan ini adalah bagian akhir cerita. Pada tahap ini, pengarang akan menjelaskan sikap atau nasib para tokoh di novelnya setelah peristiwa puncak konflik yang baru saja dilalui para tokoh tersebut. Pada tahap ini pengarang juga akan menceritakan kondisi akhir atau nasib akhir tokoh utama dalam novelnya. Tahap penyelesaian konflik dalam novel “Gajah Mada Perang Bubat”, berakhir dengan tragis, yaitu dengan kekalahan Kerajaan Sunda Galuh dan peristiwa bunuh diri yang dilakukan oleh Putri Dyah Koda merupakan bagian akhir novel yang berisi mengenai komentar pengarang mengenai keseluruhan cerita. Pengarang bisa memberikan komentar pada koda ini melalui dirinya sendiri atau mewakilkannya pada tokoh dalam novelnya. Namun, tidak semua novel memiliki koda ya, Pahamifren. Misalnya, pada novel-novel modern, biasanya simpulan akhir cerita diserahkan kepada pembacanya. Jadi akhir dari novel sengaja dibuat menggantung, agar pembaca menebak-nebak sendiri bagaimana nasib akhir tokoh utama dalam novel. Kaidah Kebahasaan Novel Sejarah Genre novel sejarah, memiliki kaidah bahasa sendiri yang biasanya jarang ditemui di genre-genre novel modern lainnya. Novel sejarah memiliki tiga aspek bahasa yang paling menonjol, yaitu kata yang sifatnya lampau, konjungsi kronologis, serta kata kerja mental. Berikut penjelasannyaKata atau Kalimat Bersifat Lampau Kata atau kalimat yang sifatnya lampau ini biasanya digunakan dalam novel sejarah untuk menguatkan gambaran serta konteks latar waktu dan latar jangan heran kalau dalam novel sejarah, kamu akan menemukan kata-kata yang sudah tidak umum digunakan pada zaman sekarang. Salah satu contoh kalimat bersifat lampau dalam novel Gajah Mada Perang Bubat adalah “Dikawal beberapa abdi dan prajuritnya, Raja Sunda Galuh kembali ke balairung didampingi Permaisuri”.Kata kerja yang sifatnya lampau ini biasanya digunakan dalam novel sejarah untuk menguatkan gambaran serta konteks latar waktu dan latar tempat terjadinya cerita dalam novel. Makanya jangan heran kalau dalam novel sejarah, kamu akan menemukan kata-kata yang sudah tidak umum digunakan pada zaman sekarang. Contohnya penggunaan kata kerja bersifat lampau dalam novel “Gajah Mada Perang Bubat” adalah “Dikawal beberapa abdi dan prajuritnya, Raja Sunda Galuh kembali ke balairung didampingi Permaisuri”. Pada kalimat tersebut terdapat kata “abdi” yang sudah tidak pernah digunakan pada zaman sekarang kan? Nah, kata “abdi” inilah yang dinamakan kata yang sifatnya Kronologis Novel sejarah juga biasanya banyak menggunakan konjungsi kronologis atau temporal, untuk menggambarkan urutan waktu. Misalnya “setelah, mula-mula, sejak saat itu, dan kemudian”. Contoh penggunaan konjungsi kronologis dalam novel “Gajah Mada Perang Bubat” adalah “Setelah melihat secara langsung, Prabasiwi tak mampu menutupi rasa tertariknya kepada prajurit muda bernama Kuda Swabaya”.Kata Kerja Mental Kata kerja mental adalah kata yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh dalam novel sejarah, seperti “mengharapkan, menginginkan, mendambakan, merasakan, dan menganggap”.Contoh penggunaan kata kerja mental dalam novel “Gajah Mada Perang Bubat” adalah “Kedudukannya sebagai panutan para gadis Sunda Galuh menyebabkan Dyah Pitaloka merasa terpenjara, terpasung kebebasannya”. Semua karya sastra yang baik, termasuk novel sejarah pasti memiliki nilai-nilai yang bisa diambil oleh para pembacanya. Nilai yang terdapat dalam novel sejarah ada yang disajikan secara implisit dan eksplisit. Nilai-nilai dalam novel sejarah ini bisa kamu lihat dari jalan cerita, sifat-sifat tokohnya, atau temanya, sebagai berikut Nilai Sosial Nilai sosial dalam novel sejarah menggambarkan nilai-nilai kehidupan sosial masyarakat yang ada dalam novel tersebut. Nilai sosial ini biasanya digambarkan melalui hubungan antar tokoh dan masyarakat tempat dan waktu cerita berlangsung dalam novel. Dalam novel “Gajah Mada Perang Bubat”, nilai-nilai sosial ini terlihat dari interaksi antara Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Sunda Budaya Nilai budaya dalam novel sejarah adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan masyarakat, kebudayaan dan peradaban, yang sesuai dengan konteks cerita dalam novel tersebut. Nilai-nilai budaya dalam sebuah novel sejarah menggambarkan bagaimana masyarakat di jaman lampau berpikir dan bersikap sesuai dengan kebudayaan dan peradaban mereka. Contoh nilai budaya dalam novel “Gajah Mada Perang Bubat” bisa kamu lihat dari kehidupan kerajaan di masa lampau yang sangat erat dengan ritual-ritual atau praktik kebudayaan Peristiwa Sejarah di IndonesiaNilai Moral dan Etika Nilai moral atau etika dalam novel sejarah biasanya berisi mengenai petuah atau ajaran moral atau etika. Nilai-nilai ini berfungsi untuk mengingatkan pembaca agar tidak melakukan hal-hal yang melanggar moral dan/atau etika seperti tokoh-tokoh dalam novel sejarah yang kelakuannya tidak patut ditiru. Contoh nilai moral dan etika novel “Gajah Mada Perang Bubat” adalah saat Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda Galuh saling memanfaatkan satu sama lain, hingga akhirnya malah terjadi Perang Agama Nilai agama pada novel sejarah adalah nilai-nilai yang merujuk atau bersumber pada ajaran agama. Karena novel “Gajah Mada Perang Bubat” berlatarkan kehidupan di masa kerajaan, jadi nilai-nilai agamanya lebih mengarah pada kepercayaan terhadap hal-hal mistis dan kekuatan Estetis Nilai estetis dalam novel adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan unsur-unsur keindahan dalam novel, seperti gaya bahasa, teknik bercerita, struktur cerita, dan lain itulah ulasan mengenai materi bahasa Indonesia kelas 12 tentang novel sejarah, pengertian teks sejarah, hingga kaidah kebahasaan novel sejarah. Bagaimana, seru kan?Buat kamu yang ingin mendapatkan materi belajar lainnya, kamu bisa mengunduh aplikasi pelajaran SMA Pahamify. Ada ratusan video belajar seru, dengan metode belajar yang nggak membosankan yang bisa kamu lupa untuk mengikuti juga ulasan materi belajar dari channel YouTube Pahamify Salman Hakim Darwadi